Credit by goole.com |
Bioteknologi
dalam kiprahnya digunakan untuk berbagai keperluan dari berbagai bidang.
Keperluan tersebut diantaranya mencakup bidang kedokteran, pertanian,
perikanan, lingkungan dan juga termasuk bidang pertambangan. Dalam bidang
pertambangan dikenal sebagai istilah metalurgi. Metalurgi adalah ilmu dan
teknologi yang mengkaji proses pengolahan dan perekayasaan mineral dan logam. Ruang lingkup
metalurgi meliputi: pengolahan mineral (mineral dressing),
ekstraksi logam
dari konsentrat mineral (extractive metallurgy),
proses produksi logam (mechanical metallurgy),
perekayasaan sifat fisik logam (physical metallurgy).
Salah satu cabangnya adalah Biohidrometalurgi, yakni pengolahan bijih logam menjadi logam murni dengan cara penambahan
mkhluk hidup seperti bakteri.
Logam
merupakan bahan pertama yang dikenal oleh manusia dan digunakan sebagai
alat-alat yang berperan penting dalam sejarah peradaban manusia (Darmono,
2001). Logam berat masih termasuk golongan logam dengan kriteria-kriteria yang
sama dengan logam lain. Perbedaannya terletak dari pengaruh yang dihasilkan
bila logam berat ini berikatan dan atau masuk ke dalam organisme hidup. Berbeda
dengan logam biasa, logam berat biasanya menimbulkan efek-efek khusus pada
mahluk hidup (Taberima, 2004). Keberadaan logam berat dalam lingkungan berasal
dari dua sumber. Pertama dari proses alamiah seperti pelapukan secara kimiawi
dan kegiatan geokimiawi serta dari tumbuhan dan hewan yang membusuk. Kedua dari
hasil aktivitas manusia terutama hasil limbah industri (Connel dan Miller,
1995).
Perkembangan
dan pertumbuban industri di samping memberikan kesejahteraan bagi masyarakat,
juga menghasilkan buangan limbah. Limbah yang dihasilkan dari proses industri
antara lain mengandung logam berat yang berasal dari industri peleburan baja,
baterai, dan cat atau pewarna. Di lingkungan perairan, logam berat ini akan
mengendap bersama lumpur atau bentuk sedimen sebagai sulfida, karbonat, dan
fosfat yang tidak larut. Kandungan logam berat dalam lumpur atau sedimen
berkisar 0,5-2% berat kering. Sementara Lester et al. (1983) dalam Couillard
dan Zhu (1991) mengatakan bahwa pada beberapa kasus, kadar logam berat Cr, Cu,
Pb, dan Zn dalam sedimen dapat mencapai 4% (wlw) berat kering. Logam berat
Timbal (Pb) banyak digunakan pada industri peleburan besi dan baja, industri
baterai, industri elektroplating, industri cat, warnaltekstil, kabel listrik,
dan bahan aditif pada bahan bakar kendaraan bermotor (Stokinger, 1981; WHO,
1995). Oleh sebab itu industri tersebut sebagai donatur utama atau penghasil
limbah logam berat timbal pada lingkungan perairan berbentuk sedimen atau
lumpur. Bila sedimen atau endapan lumpur dengan kadar logam berat yang tinggi
dikeruk dan dibuang ke tanah maka lingkungan tanah akan tercemar. Untuk
menghilangkan dan mengekstraksi logam berat yang terdapat pada lumpur atau
sedimen maka diperlukan suatu teknologi baru dengan bantuan bakteri leaching.
Melalui proses tersebut kadar logam berat pada lumpur atau sedimen dapat
dihilangkan atau diminimalkan sehingga aman terhadap lingkungan (Chen dan Lin,
2000).
Dengan fakta
tersebut perlu dilakukan upaya agar limbah yang dihasilkan dari pasar industri
tidak mencemari lingkungan dan tentu saja mampu memberi keuntungan baik pada
masyarakat awam maupun dari pihak industri itu sendiri. Bioleaching merupakan
solusi yang tepat guna untuk menjawab keinginan masyarakat dan perusahan atau
pabrik pada saat ini.
Apa sih Bioleaching itu???
Bioleaching
merupakan suatu proses untuk melepaskan (remove) atau
mengekstraksi logam dari mineral atau sedimen dengan bantuan organisme hidup
atau untuk mengubah mineral sulfida sukar larut menjadi bentuk yang larut dalam
air dengan memanfaatkan mikroorganisme. Sementara Talvivaara Mining Company
(2010) mengungkapkan bahwa bioleaching merupakan suatu proses
ekstraksi logam yang dilakukan dengan bantuan bakteri yang mampu mengubah
senyawa logam yang tidak dapat larut menjadi senyawa logam sulfat yang dapat
larut dalam air melalui reaksi biokimia. Bioleaching logam berat
dapat melalui oksidasi dan reduksi logam oleh mikroba, pengendapan ion-ion
logam pada permukaan sel mikroba dengan menggunakan enzim, serta menggunakan
biomassa mikroba untuk menyerap ion logam. Bioleaching mempakan
teknologi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai salah satu teknologi untuk
memperoleh (recovery) logam di masa mendatang.
Gagasan
mengenai pelarutan logam telah ada sejak tahun 166 SM ketika seorang ilmuwan bernama
Galen menyebutkan mengenai konsep pelarutan logam tua pada tembaga di Cyprus.
Kemudian Georgius Agricola (1494-1555) mendeskripsikan mengenai pembakaran pyrite (FeS2)
untuk memproduksi FeSO4. Mulai tahun 1572 berdiri industri pelarutan
logam tembaga di Rio Tinto, Spanyol. Semenjak tahun 1947, Thiobacillus
ferrooxidans diidentifikasi dan diisolasi dari acid mine drainage.
Dan mulai berkembang industri bioleaching semenjak itu. Sekarang dapat dijumpai
lebih 40 bangunan/gedung dalam suatu industri yang digunakan untuk bioleaching
tembaga, emas, seng, kobalt, dan uranium.
Latar
belakang sejarah akumulasi logam di berbagai bidang drainase asam tambang,
pembuangan tambang, dan tumpukan batubara telah dilaporkan di tempat lain
(Brierly, 1978). Pelepasan tembaga dari bijih dan presipitasi tembaga
dari larutan yang dihasilkan adalah teknologi kuno yang dipraktekkan oleh orang
Tionghoa jauh ke belakang 100-200 SM dan mungkin bahkan sebelumnya (Needham,
1974). Itu Proses yang sama juga dikenal di Eropa dan Asia Kecil, dan
kemungkinan akan digunakan di sana sekitar abad ke-2 (Rossi 1990). Namun,
keterlibatan mikroorganisme tertentu dalam proses pelarut logam ternyata tidak
dipraktikkan sampai 1940-an. Sejak itu banyak kontribusi penelitiannya membantu
memperjelas mekanisme dasar di balik proses ini. Biooksidasi bijih sulfida
untuk pemulihan tembaga telah dilakukan dipraktekkan selama berabad-abad di
Spanyol, Swedia, Jerman, China, dan di tempat lain oleh teknologi pertambangan
solusi (Ehrlich, 1999).
Pembakaran pirit (FeS2):
Pada langkah pertama, disulfida
secara spontan dioksidasi menjadi tiosulfat
oleh besi ferri (Fe3+), yang kemudian akan dikurangi untuk
memberikan besi ferrous (Fe2+):
1. spontan
2. Besi
ferrous ini kemudian dioksidasi oleh bakteri aerob:
3. Tiosulfat
juga dioksidasi oleh bakteri untuk memberikan sulfat:
4. Besi
besi dihasilkan dalam reaksi (2) sulfida teroksidasi lebih seperti pada reaksi
(1), menutup siklus dan diberi reaksi bersih:
Produk bersih reaksi yang larut yaitu ferro
sulfat dan asam
sulfat.
Proses oksidasi mikroba terjadi pada membran
sel bakteri. Beberapa elektron
masuk ke dalam sel
yang digunakan dalam proses biokimia
untuk menghasilkan energi bagi bakteri sementara mengurangi oksigen ke air.
Reaksi kritis adalah oksidasi sulfida dengan besi besi. Peran utama dari
bakteri adalah langkah regenerasi reaktan ini. Proses untuk tembaga sangat
mirip, namun efisiensi dan kinetika tergantung pada mineral tembaga. Mineral
yang paling efisien adalah mineral supergen seperti senshinsei kaliberasi, Cu2S
dan Covellite.
Mineral tembaga utama kalkopirit
(CuFeS2) jumlahnya melimpah dan sangat efisien. Pencucian CuFeS2
terdiri dari 2 dua tahap yaitu menjadi terlarut dan kemudian lebih lanjut
dioksidasi, dengan Cu2+ ion yang tertinggal dalam larutan.
Pencucian kalkopirit:
1. Spontan
2. Oksidasi
Besi
3. Oksidasi
Belerang
Secara umum, sulfida
yang pertama dioksidasi menjadi sulfur elemental, sedangkan disulfida yang
teroksidasi untuk membentuk tiosulfat
, dan proses di atas dapat diterapkan pada bijih sulfida lain. Bijih-bijih uranium juga menggunakan besi sebagai oksidan
(misalnya UO2 + 2Fe3+ ==> UO22+
+ 2Fe2+). Dalam hal ini tujuan tunggal langkah bakteri adalah
regenerasi Fe3+. Sulfidik bijih
besi dapat ditambahkan untuk mempercepat proses dan menyediakan
sumber besi.
Proses Bioleaching Pada Bahan Pencemaran
Pengolahan
limbah industri secara biologi dengan tumbuhan eceng gondok, kangkung, selada
air sudah lama diterapkan. Namun penanganan limbah dengan tumbuhan ini dapat
menimbulkan masalah baru, yaitu perkembangan dari tumbuhan ini, misalnya eceng
gondok yang begitu cepat dan sulit diatasi. Akan tetapi saat ini telah berkembang
penggunaan mikroba untuk meleaching logam berat, yaitu suatu metode altematif
yang relatif lebih potensial dan ekonomis dibandingkan dengan metode yang telah
ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara logam berat
dengan sel-sel mikroba yang tidak hanya mengakibatkan hilangnya logam berat
dari limbah industri (sedimen), tetapi juga dimungkinkannya proses diperolehnya
kembali (recovery) logam-logam tersebut. Bila ditinjau dari segi biaya maka
proses pengolahan limbah industri dengan menggunakan mikroba ini lebih
menguntungkan dan lebih murah karena tidak membutuhkan alat-alat yang canggih.
(Avery 1980). Oleh sebab itu untuk masa yang akan datang sudah saatnya
teknologi ini diterapkan pada pengolahan limbah industry, tambang emas, dan
cemaran logam lainnya.
Keberadaan
bakteri di lingkungan umumnya dapat mempercepat proses degradasi zat pencemar
menjadi senyawa yang lebih sederhana. Bakteri mampu memecah senyawa kompleks
yang berbahaya bagi lingkungan menjadi senyawa yang lebih sederhana yang ramah
lingkungan. Selain membantu menurunkan toksisitas, keberadaan bakteri pada
limbah atau polutan logam dapat juga menyebabkan toksisitas terhadap lingkungan
yaitu melalui proses bioleaching. Bagi kalangan industri yang menghasilkan
limbah logam berat khususnya logam Pb, kehadiran bakteri ini sangat tidak
dikehendaki karena dapat melepaskan atau melarutkan logam berat dalam sedimen
limbah ke lingkungan perairan.
Bakteri yang
digunakan atau dapat melakukan leaching pada limbah logam berat umumnya
memiliki kemampuan mengakumulasi dan menghilangkan senyawa-senyawa kompleks
logam berat. Jenis bakteri yang memiliki kemampuan atau aktivitas leaching yang
baik antara lain T. ferrooxidans, P. fluoroscens, E. coli dan Bacillus sp.
Bakteri T. ferrooxidans dapat hidup pada semua jenis batuan dan memiliki
pilihan makanan yang paling aneh di antara banyak mikroba. T. ferrooxidans
memperoleh energi yang dipergunakan untuk aktivitas hidupnya dari senyawa
anorganik melalui oksidasi besi (II) menjadi besi (III) (fero menjadi feri) dan
oksidasi sulfur menjadi asam sulfat (Norris, 1990).
Brandl (2001),
menjelaskan mekanisme pelekatan bakteri pada proses bioleaching yaitu sel-sel
bakteri menempel atau melekat pada permukaan mineral melalui kontak fisik
bagian permukaan. Sel yang terbentuk mengeluarkan exopolimer, exopolimer ini
membungkus atau menjerap senyawa besi (Fe3+) dan membentuk kompleks asam
glukoronat. Tahap ini merupakan bagian utama dari proses mekanisme pelekatan.
Tiosulfat yang terbentuk merupakan produk antara (inter-mediate) selama
oksidasi semyawa sulfur. Sulfur atau politionat terbentuk di dalam
periplasmatik (periplasmatic space) atau di dalam sel dioksidasi kembali. Di
dalam periplasmatik ini ditempatkan enzim rusticyanin, cytochrome dan protein
iron-sulfur, dengan demikian keberadaan sel bebas dalam medium yang habis
digunakan mengoksidasi senyawa logam tereduksi.
DAFTAR PUSTAKA
Chen SY and Lin JG, 2000. Influence or Solid Content on
Bioleaching of Heavy Metal from Contaminated Sediment By Thiobocillus spp.
I. or Chemical
Teckonology and Bioteknology. 75: 649-56.
Connel dan Miller, 1995, Kimia dan Etoksikologi
Pencemaran, diterjemahkan oleh Koestoer,
S., hal. 419, Indonesia University Press, Jakarta.
Couillard D and Zhu S, 1992. Bacterial Leaching of Heavy
Metals From Sewage Sludge For Agricultural Application. Water, Air. And Soil
Pollution, 63: 67-80.
Ehrlich HL (1999) Past, present and future of
biohydrometallurgy. In: Amils R, Ballester A (eds), Biohydrometallurgy and the
environment toward the mining of the 21st century, IBS99. Elsevier, Amsterdam,
pp 3–12
Lester, James P., dan Joseph Stewart Jr. 2000. Public
Policy : An Evolutionary Approach, Belmont : Wadsworth
Stokinger IIE. 1981. The Metal, in Clayton
GD, Clayton EF (Eds), Patty's Industrial Hygiene and Toxicology. New York:
A Willey Interscience Publication, John Willey &Sons.
Taberima, Sartji.2004. Peranan Mikroorganisme
Dalam Mengurangi Efek Toksik Pada Tanah Terkontaminasi Logam Berat. Institut
Pertanian Bogor.
Talvivaara Mining Company. 2010. Production
Technology. http://www.talvivaara.
com/files/talvivaara/Presentations/Talvivaara_Technical_Seminar_London_May_Presentation.pdf
[diakses 13 Mei 2011]
0 komentar:
Posting Komentar