Credit by Google.co.id |
DNA adalah singkatan dari Deoxyribo Nucleic Acid. Bila diterjemahkan “deoxyribosa” berarti
gula pentosa, “nucleic” berasal dari kata nucleus yang berarti inti, dalam
bahasa Indonesia dikenal dengan sebutan nukleat. Hal ini karena zat tersebut
berada dalam sel nucleus maka kemudian diubah menjadi asam nukleat dan “acid”
yang berarti asam. DNA adalah suatu substansi nucleus genetika dari
tubuh manusia yang didapati hampir di seluruh sel tubuh manusia tersebut, yang
dibawa lahir oleh manusia dan tidak pernah
berubah, yang diambil dari bagian-bagian tubuh manusia, seperti air
liur, darah, semen (sperma), sel kulit, rambut, urine, keringat, dan lain-lain
(Pertiwi dan Paramita, 2012).
Apa itu DNA Fingerprinting???
Sidik
Jari DNA atau DNA fingerprinting adalah
suatu metode untuk mengidentifikasi kekhasan pola DNA setiap individu. DNA
fingerprint adalah teknik untuk
mengidentifikasi seseorang berdasarkan pada profil DNA nya. DNA fingerprint yang merupakan gambaran pola
potongan DNA dari setiap individu karena setiap individu mempunyai DNA fingerprint yang berbeda, maka dalam
kasus forensik info ini bisa digunakan sebagai bukti kuat kejahatan di sidang
pengadilan. DNA fingerprint adalah
salah satu teknik biologi molekuler penanda genetik yang dipakai
untuk pengujian terhadap materi profil DNA, yaitu sehimpunan data
yang menggambarkan susunan DNA yang dianggap khas untuk individu yang menjadi
sampelnya
(Rizal, 2005).
Gambar
1. DNA fingerprint
Analisa yang dihasilkan adalah variasi
pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP
tampak seperti kode batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua
sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah
kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
Adapun jenis-jenis analisa DNA menurut
Putra (2007), yang dapat dilakukan pada tes DNA fingerprint dalam bidang forensik adalah sebagai berikut:
1. Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP)
Pada prinsipnya, RFLP merupakan semua
mutasi yang menghilangkan atau menciptakan sekuen rekognisi baru bagi enzim
restriksi. Penyisipan (inersi), penghilangan (delesi), maupun subtitusi
nukleotida yang terjadi pada daerahrekognisi suatu enzim restriksi menyebabkan
tidak lagi dikenalinya situspemotongan enzim restriksi dan terjadinya perbedaan
pola pemotogan DNA. Teknik pertama yang digunakan analisa DNA dalam bidang
forensik adalah RFLP. Polimorfisme yang dinamakan Restriction Fragment Leght Polymorphism (RFLP) adalah suatu
polimorfisme DNA yang terjadi akibat variasi panjang fragmen DNA setelah
dipotong dengan enzim retriksi tertentu menjadi fragmen Variable Number of Tandem Repeat (VNTR). Teknik ini dilakukan
dengan memanfaatkan suatu enzim restriksi yang mampu mengenal urutan basa
tertentu dan memotong DNA (biasanya 4-6 urutan basa). Enzim restriksi ini
dihasilkan oleh bakteri dan dinamakan menurut spesies bakteri yang
menghasilkannya. Enzim yang berbeda memiliki recognition sequence yang berbeda
sehingga panjang segmen tersebut bervariasi pada tiap orang, hal ini
disebabkankarena titik potong enzim yang berbeda dan panjang segmen antara
titik potong juga berbeda.
Analisa yang dihasilkan adalah variasi
pada panjang fragmen DNA yang telah ditentukan. Setelah selesai, pola RFLP
tampak seperti kode batang (bar code) Saat membandingkan hasil analisa dua
sampel, pola batang pada autoradiograf dibandingkan untuk menentukan apakah
kedua sampel tersebut berasal dari sumber yang sama.
Gambar
3.
Restriction Fragment Length Polymorphism
(RFLP)
Proses pada teknik RFLP diawali dengan
proses pemotongan dengan menggunakan enzim restriksi tertentu menjadi
segmen-segmen yang berbeda. Kemudian dengan menggunakan gel yang dialiri arus
listrik, potongan DNA diurutkan berdasarkan panjangnya. Proses ini dinamakan
electroforensis dan prinsip pada proses in adalah potongan DNA yang lebih
pendek bergerak lebih cepat daripada yang lebih panjang.
Kemudian dengan menggunakan fragmen pendek
DNA (DNA probe) yang mengandung petanda radioaktif maka akan dideteksi DNA yang
berasal dari lokasi pada genome yang memiliki ciri yang jelas dan sangat
polimorfik. Pada proses ini DNA probe akan berikatan dengan potongan DNA rantai
tunggal dan membentuk DNA rantai ganda pada bahan nilon. DNA probe yang tidak
berikatan akan dicuci. Membran nilon yang berisi potongan DNA yang telah
ditandai dengan DNA probe selanjutnya ditransfer pada selembar film X-ray. Pada
proses ini akan tampak hasil berupa kode batang yang disebut autorad. Pola
inilah yang dibandingkan untuk mengetahui apakah kedua sampel bersal dari
sumber yang sama.
2. Polymerase Chain Reaction (PCR)
Metode PCR adalah suatu metode untuk
memperbanyak DNA template tertentu dengan enzim polymerase DNA.
Gambar
4.
Polymerase Chain Reaction (PCR)
Reaksi teknik ini didesain
seperti meniru penggandaan atau replikasi DNA yang terjadi dalam makhluk hidup,
hanya pada segmen tertentu dengan bantuan enzim DNA polymerase sebanyak 20
hingga 40 siklus (umumnya 30 siklus), dengan tingkat akurasi yang tinggi. Proses
yang terjadi pada teknik ini serupa dengan cara DNA memperbanyak jumlahnya
dalam sel. Ada tiga tahap yang dilakukan di laboratorium yaitu:
a) Denaturation
Denaturation
yaitu dengan memanaskan segmen atau urutan
DNA rantai ganda pada suhu 96º, sehingga DNA rantai ganda akan memisah menjadi
rantai tunggal.
b) Annealing atau Hybridization
Pada proses ini setiap rantai tunggal
tersebut dipersiapkan dengan cara mengikatkannya dengan DNA primer. Tahap ini
dilakukan dengan menurunkan suhu hingga ke kisaran 40-60ºC selama 20-40 detik.
c) Extension atau Elongasi
Pada tahap ini, DNA polymerase ditambahkan dan dilakukan peningkatan suhu kisaran suhu
kerja optimum enzim DNA polymerase, yaitu suhu 70-72ºC. Kemudian, DNA polymerase akan memasangkan dNTP yang
sesuai dengan pasangannya, dilanjutkan dengan proses replikasi. Enzim akan
memperpanjang rantai baru ini hingga ke ujung dan lamanya waktu ekstensi
bergantung pada panjang daerah yang akan diamplifikasi.
3. Short Tandem Repeats (STRs)
STRs (Short
Tandem Repeat) adalah suatu istilah genetik yang digunakan untuk
menggambarkan urutan DNA pendek (2-5 pasangan basa) yang diulang. Genome setiap
manusia mengandung ratusan STRs. Metode ini paling banyak dikembangkan karena
metode ini cepat, otomatis dan memiliki kekuatan diskriminasi yang tinggi.
Metode STRs dapat memeriksa sampel DNA yang rusak atau dibawah standar karena
ukuran fragmen DNA yang diperbanyak oleh PCR hanya berkisar antara 200 - 500
pasangan basa.
Gambar 5. Short
Tandem
Repeats
Selain itu pada metode ini dapat dilakukan
pemeriksaan pada setiap lokus yang memiliki tingkat polimorfisme sedang dengan
memeriksa banyak lokus dalam waktu bersamaan. Teknik yang digunakan adalah
multiplexing yaitu dengan memeriksa banyak lokus dan berbeda pada satu tabung.
Dengan cara ini dapat menghemat waktu dan menghemat sampel. Analisis pada
teknik ini didasarkan pada perbedaan urutan basa STRs dan perbedaan panjang
atau pengulangan basa STRs.
DNA fingerprint banyak digunakan dalam
berbagai bidang ilmu baik untuk kesehatan manusia, penelitian biologi, dunia
medis dan untuk pembuktian peristiwa kriminal/ forensik, selain itu menurut
Putra (2007), terdapat beberapa penggunaan DNA fingerprint pada bidang lain, diantaranya
1. Mendiagnosis kelainan keturunan
2. Pengembangan penelitian mengenai kelainan genetik
3. Bukti biologik
Metode
Pemeriksaan DNA Fingerprint Pada Berbagai Kasus
a. Penentuan
perwalian anak atau penentuan orang tua dari anak (Tes Paternitas)
Tes paternitas adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mengetahui apakah seorang pria adalah ayah biologis dari seorang anak. Metode
tes paternitas terbagi atas metode analisis DNA dan metode konvensional. Tes
paternitas dengan menggunakan analisis DNA merupakan analisis informasi genetik
yang sangat spesifik dalam membedakan ciri setiap individu, sehingga dapat
memastikan (hampir 100%) bahwa sesorang adalah ayah biologis si anak atau
bukan.
b. Urusan
Imigrasi dan Kewarganegaraan
Orang Indonesia yang menikah dengan warga Negara asing
dan berniat memboyong anak mereka pindah ke luar negeri harus memperlengkapi
diri dengan hasil tes DNA yang membuktikan bahwa benar anak tersebut merupakan
anak biologis mereka. Tujuannya untuk menghindari praktik perdagangan anak atau
masuknya anak dengan cara ilegal.
c. Solusi
kasus bayi tertukar
Kasus bayi tertukar kebanyakan disebabkan kelalaian
atau kecerobohan para penyedia jasa kesehatan. Misalnya, bayi yang baru lahir
di rumah bersalin/rumah sakit tidak langsung diberi penanda identitas, bisa
juga penanda ini mudah lepas, tintanya mudah terhapus dan lain-lain. Kecurigaan
orangtua dibuktikan dengan tes DNA untuk memastikan identitas bayi yang
sebenarnya.
d. Peristiwa
Bom Bali
Peristiwa pengeboman di bali yang menewaskan banyak
orang dari berbagai negara dengan keadaan korban yang tidak bisa dikenali lagi
menjadikan DNA Fingerprint sebagai salah satu cara yang tepat untuk
mengidentifikasi para korban. Identifikasi dapat dilakukan dengan tes DNA yang
membutuhkan sampel seperti rambut, darah,
daging, tulang, mukosa rongga mulut dan kuku, yang kemudian akan di
cocokkan dengan anggota keluarga korban. Dengan syarat inti sel pada sampel
yang digunakan masih dalam keadaan baik (tidak rusak).
e. Pembunuhan
Penggunaan teknik sidik jari dalam
menyelesaikan kasus kriminal yang menyangkut pembunuhan dan pemerkosaan seorang
gadis sekolah dilakukan oleh sir Alex Jefferies dan rekan kerjanya yaitu Dr.
Peter Gill dan Dr. Dave warret di Inggris. Mereka melakukan penyelidikan dengan
memeriksa bukti berupa noda yang sudah mengering. Yang terpenting yang
dilakukan oleh Dr. Gill adalah mengembangkan penyelidikan dengan metode
memeriksa sebaran sperma di sekitar sel vagina.
f.
Pemerkosaan
Pembuktian dengan menggunakan DNA
pertama kali digunakan di Amerika Serikat dan bisa memberikan penjelasan ilmiah
terhadap ribuan kasus kriminal. Pentingnya penggunaan bukti DNA lebih berguna
ketika digunakan untuk menunjukkan kesalahan pernyataan saksi mata. Pernyataan
saksi yang mungkin terlihat sebagai bukti standar pada umumnya dapat keliru.
Pada tahun 1988 Victor Lopez, dituduh melakukan penyerangan seksual terhadap
tiga orang wanita. Ketiga wanita itu melapor kepada polisi bahwa mereka
diserang oleh lelaki berkulit hitam. Pada kenyataannya Victor Lopez tidak
berkulit hitam, kejadian ini diangkat sebagai kasus yang tidak jelas. Darah
Victor dianalisis dan dibandingkan dengan sperma yang tertinggal di tempat
kejadian, ternyata DNA itu cocok. Akhirnya Lopez dinyatakan bersalah atas
kasus tersebut
\
g.Mengembangkan pola
penyembuhan untuk penyakit bawaan
Program penelitian untuk mencari kelainan bawaan pada kromosom tergantung pada informasi yang terkandung dalam DNA Fingerprint. Dengan memelajari DNA Fingerprint dari keluarga yang memiliki riwayat dari beberapa gangguan tertentu atau dengan membandingkan kelompok besar orang tanpa gangguan tersebut, dapat diidentifikasi pola DNA yang berkaitan dengan penyakit yang bersangkutan, sehingga dapat dirancang obat untuk gangguan tsb.
Program penelitian untuk mencari kelainan bawaan pada kromosom tergantung pada informasi yang terkandung dalam DNA Fingerprint. Dengan memelajari DNA Fingerprint dari keluarga yang memiliki riwayat dari beberapa gangguan tertentu atau dengan membandingkan kelompok besar orang tanpa gangguan tersebut, dapat diidentifikasi pola DNA yang berkaitan dengan penyakit yang bersangkutan, sehingga dapat dirancang obat untuk gangguan tsb.
h.Konservasi biologi dan studi evolusi
Penelitian untuk mengidentifikasi populasi Phytophtora Infestan - mempelajari salah satu penanda genetik yaitu nuclear DNA fingerprint dan mitochondrial DNA fingerprint menggunakan teknik RFLP (Restriction Fragment Length Polymorphism)
i.Tes keluarga
DNA fingerprinting tidak hanya digunakan untuk penanganan kasus kejahatan. Karena DNA dipunyai dari anggota keluarga yang sama, suatu hubungan dapat dibedakan dengan membandingkan dua sampel individu.
DAFTAR PUSTAKA
Putra,
Sinly Evan. 2007. DNA fingerprint, Metode Analisis Kejahatan pada
Forensik. Yogyakarta: UGM Press.
Rizal
M, Wahyu. 2005. Tes DNA: Mengendus Jejak Kejahatan. Lampung: Majalah
Natur.
0 komentar:
Posting Komentar