Credit by media.treehugger.com |
Mawar termasuk ke dalam
genus Rosa. Mawar diduga sebagai tanaman dekoratif dan hias tertua di dunia.
Mawar juga dikenal sebagai ratu dari semua bunga. Genus Rosa memiliki
sedikitnya 150 spesies dan ribuan varietas mawar yang telah dihasilkan hingga
saat ini. Mawar pada umumnya digolongkan terutama ke dalam dua golongan yakni
Hybrid Tea dan Floribunda. Mawar Hybrid Tea bunganya indah menarik dengan aneka
ragam bentuk dan warnanya di samping aromanya yang khas sebagai bahan industri
farmasi atau kosmetik. Mawar ini disebut Hybrid Tea karena aroma mahkotanya
yang sedikit beraroma teh. Mawar tipe ini memiliki mahkota kelipatan 5 atau 10,
daun bunganya lebar dan mengkilap, diameter bunga besar ± 10 cm, tinggi tanaman
mencapai 2 m dengan batang berduri, besar dan jarang, dan memiliki percabangan
yang sedikit. Mawar Floribunda dikenal sebelumnya dengan Hybrid Polyantha atau
Poulsen’s roses. Mawar tipe ini bunganya kecil-kecil dan lebih cocok untuk
dijadikan tanaman semak atau dalam pot (Sjaifullah dkk., 1995).
Berdasarkan tipe
pertumbuhan tanamannya (habitus), mawar juga dapat digolongkan menjadi lima
yaitu mawar semak, mawar pohon atau standar, mawar miniatur, mawar rambat atau
panjat, dan mawar bedengan. Mawar semak (Bush roses) yaitu mawar yang paling
banyak dikenal dan banyak ditanam dalam pot. Mawar pohon atau standar adalah
mawar yang berukuran besar dan tingginya dapat mencapai 2 meter, dan
batang-batangnya kokoh dan keras. Mawar miniatur adalah mawar yang berukuran
kecil. Tingginya tidak lebih dari 15 cm dan biasanya dirambatkan di pergola,
pagar, jendela, atau dinding luar rumah. Mawar bedengan adalah mawar yang
biasanya digunakan sebagai tanaman pembatas atau border dalam taman. Mawar tipe
ini tumbuh sangat kompak dan padat tetapi tidak terlalu tinggi sehingga sangat
sesuai untuk digunakan sebagai pembatas.
Berdasarkan Sjaifullah
et al (1995) mawar dapat diperbanyak dengan benih atau cara vegetatif seperti
stek, grafting (sambung), budding (penempelan mata tunas) atau
layering(cangkok). Bunga mawar dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran
tinggi. Tetapi untuk mawar tertentu seperti mawar Hybrid Tea hanya menyukai
dataran tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan suhu yang diperlukan
oleh tanaman mawar. Suhu optimum pertumbuhan mawar siang hari yakni 18-24º C,
sementara suhu optimum malam hari berkisar antara 16-18ºC. Untuk kebutuhan
iklim lainnya, mawar tidak terlalu membutuhkan syarat khusus. Mawar menyukai
cahaya penuh sepanjang tahun. Media tumbuh sebaiknya tanah yang gembur dan kaya
akan kadar humus, sebab tanah yang demikian daya tahannya terhadap air relatif
baik. Tanaman mawar tidak menyukai air yang tergenang. Mawar tumbuh dengan baik
pada tanah yang derajat keasaman pH-nya antara 6-8. Tanaman mawar juga tidak
menyukai sistem campuran atau multicrop dengan tanaman lain. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, mawar memerlukan pupuk NPK seimbang 12-12-12 atau
14-14-14 sebanyak 200 kg/hektar.
Panen merupakan fase
yang penting dalam produksi bunga potong mawar. Pada umumnya bunga mawar
dipanen secara manual dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam dan
bersih. Penggunaan pisau yang tumpul memungkinkan luka pada dasar tangkai bunga
lebih mudah terinfeksi. Setelah bunga mawar dipetik, tangkai bunga mawar segera
direndam dalam air. Kualitas air perlu diperhatikan terutama pH-nya, dan juga
adanya garam dan jasad renik. Kadar garam air sangat mempengaruhi kualitas dan
umur kesegaran bunga. Bunga mawar tergolong peka terhadap garam, kadar garam
sebesar 200 ppm dapat memperpendek umur kesegaran bunga mawar dan merusak daun
serta tangkai bunga (Nowak and Rudnicki, 1990). Air dengan pH
rendah (3-4) lebih baik dibandingkan pH tinggi. Pada pH rendah, pertumbuhan
mikroba dapat ditekan dan penyerapan air menjadi lebih mudah.
Usia pemanenan juga
cukup mempengaruhi kualitas bunga potong mawar yang dihasilkan. Jika bunga
dipanen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak dapat bertahan lama dan
cepat layu. Bila bunga dipetik terlalu awal dapat menyebabkan pembengkakan pada
tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunganya akan gagal mekar.
Ada dua hal yang
menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu sifat genetik dan kondisi
eksternal selama penyimpaan seperti suhu, kelembaban, cahaya, komposisi udara
dan sirkulasi udara di dalam ruang penyimpanan. Suhu rendah sangat berperan
dalam penyimpanan karena dapat menekan kehilangan air, mempertahankan kualitas
bunga, menghambat infeksi bakteri dan cendawan, serta menghambat poses penuaan
(senescence), sehingga pada akhirnya akan memperpanjang ketahanan simpan bunga
mawar. Bakteri, cendawan dan kapang dapat menyumbat pembuluh sehingga
penyerapan air ke atas terhalang. Jika keadaan lingkungan sesuai dengan
kebutuhannya, maka jasad renik akan berkembang biak dengan cepat, dan akan
menutupi seluruh penampang ujung tangkai bunga. Jasad renik tidak hanya
menyebabkan penyumbatan pembuluh, tetapi juga memproduksi etilen dan racun yang
mendorong penuaan bunga. Bakteri yang terdapat di jaringan bunga akan menambah
kepekaan bunga terhadap suhu rendah. Untuk mengendalikan jasad renik digunakan
bermacam-macam germisida. Juga dapat dilakukan pra perlakuan dengan merendam
ujung tangkai dalam larutan Chrysal RVB yang mengandung fungisida, bakterisida
dan penghambat enzim.
Kesulitan pada
penyimpanan dengan suhu rendah dengan kelembaban tinggi adalah jika terjadi
fluktuasi suhu maka akan terjadi pengembunan. Pada kondisi tersebut kemungkinan
tumbuh dan berkembang biak cendawan Botrytis. Cendawan ini mula-mula berupa
noda kecil yang terus berkembang sampai akhirnya terbentuk Gray Moldpada
tangkai, daun dan bunga. Botrytismenyebabkan petal bunga mawar menjadi coklat
dan gugur (Harkema, 1988). Bunga mawar yang dipetik pada stadia kuncup, sebelum
dijual tangkai bunga harus direndam dalam larutan Bud Opening. Larutan ini
mengandung gula dan germisida (Sjaifullah et al, 1995).
Pada percobaan
pewarnaan menggunakan bunga potong mawar. Sebagian besar bunga mawar mengalami bent
neck. Bent neck atau rebah pangkal bunga adalah rebahnya bagian pangkal
mahkota bunga yang disebabkan oleh beragam faktor, salah satunya adalah
penyumbatan pembuluh angkut sehingga bunga tidak memperoleh suplai nutrisi.
Tidak diketahui penyebab pasti dari bent neck yang dialami mawar potong
pada perlakuan pewarnaan. Peristiwa bent neck dapat disebabkan oleh
tersumbatnya jaringan pembuluh oleh lendir bakteri maupun oleh gelembung udara
(embolisme) (Sjaifullah, 1995).
Pewarnaan bunga dengan
sistem perendaman tangkai pada larutan pewarna memanfaatkan sistem transportasi
pada jaringan tanaman. Larutan pewarna yang berkurang bersama nutrisi yang
diperlukan oleh bunga potong. Oleh karena itu warna yang diserap akan memenuhi
seluruh pembuluh dan jaringan bunga. Berbeda dengan pewarnaan sistem pencelupan
mahkota yang memperoleh hasil warna lebih tegas dan merata, pewarnaan dengan
perendaman tangkai cenderung menghasilkan warna yang menyebar dan membentuk
guratan halus sesuai dengan alur pembuluh dalam jaringan mahkota bunga.
Pewarnaan dengan perendaman pada tangkai bunga mengakibatkan warna tidak hanya
terlihat pada mahkota, tetapi juga memberikan efek warna biru pada tangkai,
daun dan kelopak bunga (Sari, 2008).
Untuk menentukan tipe
warna yang dihasilkan oleh masing-masing pewarna makanan pada lama perendaman
yang berbeda, maka digunakan RHSMCC (Royal Horticulture Society – Mini
Colour Chart). Pada bunga yang berbeda, pewarna yang sama dengan lama
perendaman yang sama dapat menghasilkan warna biru yang berbeda. Warna asli
bunga yang dipilih berwarna putih untuk memudahkan dalam melihat perbedaan
setelah pewarnaan (Sari, 2008).
Semakin lama bunga
mengalami perendaman, maka warna yang dihasilkan akan semakin gelap atau tua.
Pada pengukuran warna menggunakan RHS-MCC, nilai warna petal gerbera
menunjukkan pada perendaman 4-6 jam dihasilkan warna yang lebih gelap (Dark
Green Blue) yang lebih pekat daripada waktu perendaman yang 2 jam (Dark
Green) (Sari, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Harkema, H. 1988. Extending The Vase
Life of Cut Flowers Through Improved Handling. Essex: International
Floriculture Seminar, Amsterdam, Pathfast Pub. 116-121.
Nowak, J and R. M. Rudnicki. 1990. Postharvest
Handling and Storage of Cut Flowers. Florists Greens, and Potted Plants. Portland:
Timber Press.
Sari, Indah Prasetya. 2008. Aplikasi Pewarnaan
Biru Pada Bunga Potong Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera
(Gerbera jamesonii Bolus) Dan Mawar (Rosa hybrida L.). Skripsi.
Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sjaifullah, A. M. , T. Sutater dan S.
Kusumo. 1995. Mawar. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias.
Kereeenn *thumbs up* perbanyak lagi info mengenai kaya gini ya kak
BalasHapus