Ilustrasi (cred by Elna Yeatman) |
Meningkatkan
mutu genetik sapi lokal
Inseminasi buatan tentu menggunakan spermatozoa dari
pejantan unggul. Dengan menginseminasi ternak lokal yang kualitas genetiknya
kurang bagus, akan menghasilkan keturunan yang lebih bagus. Apabila IB tersebut
dilaksanakan secara meluas, akan dihasilkan ternak unggul dalam jumlah massal.
Mengatasi
masalah kekurangan pejantan unggul
Di Indonesia, saat ini kekurangan pejantan yang
memiliki kualitas atau mutu genetik tinggi. Dengan inseminasi buatan, akan
mengatasi permasalahan tersebut. Hal ini karena tidak perlu membawa pejantan
unggul ke kandang betina, cukup semen beku yang akan diinseminasikan oleh
inseminator. Dalam perkawinan alami, satu kali ejakulasi sapi jantan hanya untuk
satu ekor sapi betina. Berbeda dengan penerapan IB, satu kali ejakulasi dapat
dibuat sampai 500 dosis straw. Artinya, satu ejakulasi dapat mengawini 500
betina. Selain itu, peternak yang hanya memiliki sapi betina tetap bisa
mempunyai keturunan/anak sapi dari sapi betina yang dipeliharanya tanpa
memelihara sapi jantan
Mengatur
jarak kebuntingan ternak
Di beberapa peternak, sering terjadi kelahiran saat
pakan sangat terbatas sehingga mengakibatkan ternak kurus dan mudah terserang
penyakit. Akibatnya, tingkat kematian anak sangat tinggi. Dengan inseminasi,
kebuntingan dan kelahiran anak dapat diatur sehingga anak yang lahir dapat
diatur saat kondisi pakan tersedia.
Mengurangi
penyebaran penyakit kelamin
Pejantan unggul tentu berasal dari ternak sehat dengan
kesehatan reproduksinya terjamin. Dengan demikian, spermatozoa yang ditampung
untuk diinseminasikan ke ternak betina dipastikan bebas dari penyakit. Lain
halnya dengan kawin alam. Ternak pejantan bebas berkeliaran yang kemungkinan
memiliki penyakit kelamin bawaan.
Peternak
bisa memilih jenis keturunan
Khusus ternak besar, seperti sapi, kuda, dan kerbau,
petani dapat memilih jenis spermatozoa beku sesuai dengan keinginan. Misalnya,
peternak yang memiliki sapi betina lokal jenis bali atau PO menginginkan anak
sapi keturunan sapi besar sehingga dapat menggunakan spermatozoa beku dari
simental atau limousin.
Peternak
juga dapat memilih jenis kelamin anak
Tidak sedikit dijumpai peternak sapi perah, misalnya,
lebih banyak melahirkan anak sapi jantan. Padahal, peternak sapi perah tentu
mengharapkan kelahiran anak sapi betina agar mampu memproduksi susu yang
banyak. Akibatnya, anak sapi jantan tersebut dijual sebagai ternak potong.
Sementara itu, peternak sapi potong mengharapkan anak yang lahir berupa jantan
agar dapat memproduksi daging yang banyak.
Dengan perkembangan teknologi IB, peternak dapat
memilih jenis kelamin anak. Penentuan jenis kelamin anak telah dapat
dilaksanakan melalui teknologi IB menggunakan sperma sexing atau spermatozoa
yang telah dipisahkan antara spermatozoa yang membawa kromosom X (spermatozoa
betina) dan spermatozoa yang membawa kromosom Y (spermatozoa jantan).
Penggunaan teknologi pemisahan spermatozoa sapi saat ini memiliki dampak yang
lebih baik dalam produksi bibit sapi sehingga diperoleh anak berjenis kelamin
sesuai dengan yang diharapkan. Di Laboratorium Reproduksi dan Genetika Hewan,
Puslit Bioteknologi-LIPI telah diproduksi secara rutin spermatozoa beku hasil
pemisahan. Hasil uji coba di lapangan, IB dengan spermatozoa beku hasil
pemisahan diperoleh ratusan kelahiran anak sapi dengan S/C = 1,37 dan tingkat
kelahiran anak dengan jenis kelamin sesuai harapan sebesar 81% (S. Said, dkk.
2005). Selain sangat strategis untuk peternakan ternak potong dan ternak perah,
teknologi ini dapat digunakan untuk menentukan struktur populasi, misalnya 20%
jantan, 80% betina dalam suatu kawasan.
Mencegah
terjadinya kawin sedarah (inbreeding)
Perkawinan sedarah berpeluang munculnya sifat jelek
pada turunannya. Dengan teknologi IB yang selektif, inbreeding dapat dihindari
karena spermatozoa yang digunakan tidak memiliki hubungan keluarga dengan
ternak betina. Selain itu, berdasarkan pedoman optimalisasi IB, spermatozoa
hanya bisa digunakan selama tiga tahun dalam suatu wilayah tertentu dapat menghindari
terjadinya inbreeding.
Semen
beku dapat disimpan dalam waktu lama
Selama tersimpan/terendam dengan baik dalam N2 cair,
spermatozoa beku dapat tetap bertahan yang disebut dorman. Dengan kondisi itu,
memungkinkan dapat menyelamatkan material genetik ternak, khususnya hewan
langka.
Menghemat
biaya produksi
Tidak
diharuskan mencari pejantan
Dengan
peralatan dan teknologi yang baik spermatozoa dapat simpan dalam jangka waktu
yang lama;
Menghindari
kecelakaan yang sering terjadi pada saat perkawinan karena fisik pejantan
terlalu besar;
0 komentar:
Posting Komentar