Ilustrasi Dampak Positif Rekayasa Genetika Credit by google.com |
Deoxiribo Nucleic Acid
Biotechnology is an industrial process that uses the scientific research on DNA for practical benefits.
Plant Biotechnology
Plant biotechnology is a set of techniques used to adapt plants for specific needs or opportunities
Marine Biotechnology
Marine biotechnology studies the marine resources of the world.
Modern Biotechnology
Modern biotechnology is used to distinguish newer applications of biotechnology, such as genetic engineering and cell fusion from more conventional methods such as breeding, or fermentation.
Traditional Biotechnology
Traditional biotechnology is the use of natural organisms by humans to create or modify foods or other useful products.
Senin, 23 Oktober 2017
DAMPAK POSITIF DAN NEGATIF REKAYASA GENETIKA
Berkembangnya rekayasa genetika tidak menutup kemungkinan terhadap feedback yang diperoleh, baik itu dari segi pengelola maupun konsumen. Terdapat dampak positif dan negatif dari adanya rekayasa genetika ini. Dampak-dampak tersebut dibahas secara universal agar pembaca dapat memahami dengan mudah.
Dampak Positif
1. Rekayasa
transgenik dapat menghasilkan produk lebih banyak dari sumber yang lebih
sedikit.
2. Rekayasa
tanaman dapat hidup dalam kondisi lingkungan ekstrem akan memperluas daerah
pertanian dan mengurangi bahaya kelaparan.
3. Makanan
dapat direkayasa supaya lebih lezat dan menyehatkan.
4. Tanaman
transgenik memiliki kualitas lebih dibanding tanaman konvensional, kandungan
nutrisi lebih tinggi, tahan hama, tahan cuaca, umur pendek, dll; sehingga
penanaman komoditas tersebut dapat memenuhi kebutuhan pangan secara cepat dan
menghemat devisa akibat penghematan pemakaian pestisida atau bahan kimia lain
serta tanaman transgenik produksi lebih baik.
Dampak Negatif
Potensi
toksisitas bahan pangan
Transfer
genetik terjadi di dalam tubuh organisme transgenik akan muncul bahan kimia
baru yang berpotensi menimbulkan pengaruh toksisitas pada bahan pangan. Sebagai
contoh, transfer gen tertentu dari ikan ke dalam tomat, yang tidak pernah
berlangsung secara alami, berpotensi menimbulkan risiko toksisitas yang
membahayakan kesehatan. Rekayasa genetika bahan pangan dikhawatirkan dapat
mengintroduksi alergen atau toksin baru yang semula tidak pernah dijumpai pada
bahan pangan konvensional.
Di
antara kedelai transgenik, misalnya, pernah dilaporkan adanya kasus reaksi
alergi yang serius. Begitu pula, pernah ditemukan kontaminan toksik dari
bakteri transgenik yang digunakan untuk menghasilkan pelengkap makanan (food
supplement) triptofan. Kemungkinan timbulnya risiko yang sebelumnya tidak
pernah terbayangkan terkait dengan akumulasi hasil metabolisme tanaman, hewan,
atau mikroorganisme yang dapat memberikan kontribusi toksin, alergen, dan
bahaya genetik lainnya di dalam pangan manusia.
Potensi
menimbulkan penyakit/gangguan kesehatan
WHO
pada tahun 1996 menyatakan bahwa munculnya berbagai jenis bahan kimia baru,
baik yang terdapat di dalam organisme transgenik maupun produknya, berpotensi
menimbulkan penyakit baru atau pun menjadi faktor pemicu bagi penyakit lain.
Sebagai contoh, gen aad yang terdapat di dalam kapas transgenik dapat berpindah
ke bakteri penyebab kencing nanah (GO), Neisseria gonorrhoeae. Akibatnya,
bakteri ini menjadi kebal terhadap antibiotik streptomisin dan spektinomisin.
Padahal,
selama ini hanya dua macam antibiotik itulah yang dapat mematikan bakteri
tersebut. Oleh karena itu, penyakit GO dikhawatirkan tidak dapat diobati lagi
dengan adanya kapas transgenik. Dianjurkan pada wanita penderita GO untuk tidak
memakai pembalut dari bahan kapas transgenik. Contoh lainnya adalah karet
transgenik yang diketahui menghasilkan lateks dengan kadar protein tinggi
sehingga apabila digunakan dalam pembuatan sarung tangan dan kondom, dapat
diperoleh kualitas yang sangat baik.
Namun,
di Amerika Serikat pada tahun 1999 dilaporkan ada sekitar 20 juta penderita
alergi akibat pemakaian sarung tangan dan kondom dari bahan karet transgenik.
Selain pada manusia, organisme transgenik juga diketahui dapat menimbulkan
penyakit pada hewan. A. Putzai di Inggris pada tahun 1998 melaporkan bahwa
tikus percobaan yang diberi pakan kentang transgenik
memperlihatkan gejala kekerdilan dan imunodepresi.
Potensi
erosi plasma nutfah
Penggunaan
tembakau transgenik telah memupus kebanggaan Indonesia akan tembakau Deli yang
telah ditanam sejak tahun 1864. Tidak hanya plasma nutfah tanaman, plasma
nutfah hewan pun mengalami ancaman erosi serupa. Sebagai contoh,
dikembangkannya tanaman transgenik yang mempunyai gen dengan efek pestisida,
misalnya jagung Bt, ternyata dapat menyebabkan kematian larva spesies kupu-kupu
raja (Danaus plexippus) sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan gangguan
keseimbangan ekosistem akibat musnahnya plasma nutfah kupu-kupu tersebut.
Hal
ini terjadi karena gen resisten pestisida yang terdapat di dalam jagung Bt
dapat dipindahkan kepada gulma milkweed (Asclepia curassavica) yang berada pada
jarak hingga 60 m darinya. Daun gulma ini merupakan pakan bagi larva kupu-kupu
raja sehingga larva kupu-kupu raja yang memakan daun gulma milkweed yang telah
kemasukan gen resisten pestisida tersebut akan mengalami kematian. Dengan
demikian, telah terjadi kematian organisme nontarget, yang cepat atau lambat
dapat memberikan ancaman bagi eksistensi plasma nutfahnya.
Potensi
pergeseran gen
Daun
tanaman tomat transgenik yang resisten terhadap serangga Lepidoptera setelah 10
tahun ternyata mempunyai akar yang dapat mematikan mikroorganisme dan organisme
tanah, misalnya cacing tanah. Tanaman tomat transgenik ini dikatakan telah
mengalami pergeseran gen karena semula hanya mematikan Lepidoptera tetapi
kemudian dapat juga mematikan organisme lainnya. Pergeseran gen pada tanaman
tomat transgenik semacam ini dapat mengakibatkan perubahan struktur dan tekstur
tanah di areal pertanamannya.
Potensi
pergeserean ekologi
Organisme
transgenik dapat pula mengalami pergeseran ekologi. Organisme yang pada mulanya
tidak tahan terhadap suhu tinggi, asam atau garam, serta tidak dapat memecah
selulosa atau lignin, setelah direkayasa berubah menjadi tahan terhadap
faktor-faktor lingkungan tersebut. Pergeseran ekologi organisme transgenik
dapat menimbulkan gangguan lingkungan yang dikenal sebagai gangguan adaptasi.
TANAMAN BAKAU YANG DISISIPI GEN KUNANG-KUNANG
Credit by google.com |
Pohon yang
menyala dalam gelap akan segera menjadi alternatif alami untuk lampu penerangan
jalan, menurut para ilmuwan. Para peneliti di proyek Glowing Plant di
California telah memindahkan gen bersinar pada kunang-kunang pada tanaman untuk
membuatnya menyala dalam gelap.Ini berharap untuk memperluas teknik ini pada
tanaman yang lebih besar dan pohon-pohon, serta menggunakannya untuk
menggantikan lampu listrik
Antony Evans dari Universitas
Cambridge, Kyle Taylor dan Omri Amirav-Drory dari Stamford, telah menciptakan
tanaman "glow-in-the-dark" di biolab DIY di
California. Terinspirasi oleh kunang-kunang dan cacing bercahaya yang
memproduksi apa yang disebut bioluminescence. Bioluminescence adalah proses
yang membuat makhluk ini menghasilkan cahaya yang terjadi secara alamiah dari
tubuhnya dengan mendapatkan enzim protein bercahaya yang disebut Luciferase,
dari gen kunang-kunang atau dari bakteri. Mereka kemudian menggunakan perangkat
lunak yang disebut Genome Compiler yang memungkinkan tanaman membaca gen. Gen
tersebut kemudian dibuat di laboratorium dan dikirim ke tim di
California.Menempatkan gen ini dalam agrobacteria cair, dan bakteri ini
dituangkan di atas tanaman. Agrobacteria mampu mentransfer gen ke dalam tanaman,
dan ketika gen bersinar ditambahkan, mereka memindahkannya ke tanaman, yang
membuatnya bersinar dalam gelap. Untuk membuat gen ini, para ilmuwan harus
mendesain ulang urutan DNA. . Dengan memanfaatkan DNA yang ada di
kunang-kunang, yang bisa menyala ini dibuat untuk bisa menggantikan penggunaan
cahaya lampu.
KONSTRUKSI
GEN
Dalam
sistem transformasi, biasanya gen interes yang akan ditransfer ke tanaman diklon
terlebih dahulu dalam vektor plasmid yang dapat memperbanyak diri dalam Agrobacterium
tumefaciens atau Escherichia coli. Gen tersebut digabungkan dengan
promoter yang dapat diekspresikan dalam tanaman dan dirangkaikan dengan
terminator yang tepat (McElroy et al. 1991, Watson et al. 1992).
Dengan demikian, transkrip mRNA dapat diangkut dari inti sel ke sitoplasma
untuk proses translasi (Bennet 1993). Plasmid yang digunakan untuk transformasi
tanaman tidak hanya mengandung gen dari sifat atau karakter yang diinginkan,Tetapi
juga gen marka untuk seleksi, seperti gen npt II untuk ketahanan terhadap
antibiotik (kanamycin) atau gen bar untuk toleran terhadap herbisida glufosinate.
Selain itu, terkadang ditambahkan gen pelapor (reporter gene) antara
lain β-glucuronidase (GUS) atau gen luciferase (luc) atau gen
green fluorescent protein (GFP).
Gen
luc
Gen luc
(luciferase) berhasil diisolasi dari kunang-kunang atau firefly (Photinus
pyralis) (Ow et al. 1986). Dale dan Ow (1991) menggunakan gen luc
sebagai gen penanda dan seleksi sebagai pengganti gen seleksi dengan
ketahanan antibiotik. Gen tersebut ditransformasikan ke genom tanaman tembakau.
Hideo dan Hiroaki (2005) juga menggunakan gen luc sebagai gen penanda
yang ditransformasikan ke genom tanaman tembakau dan begonia. Ekspresi gen luc
pada daun dapat dipantau dengan menampakkan kependaran setelah diperlakukan
dengan substrat luciferin (Hideo dan Hiroaki 2005).Tingkat kependaran
ekspresi gen luc dipengaruhi oleh jenis tanaman, misalnya pada tanaman
begonia lebih tinggi dibandingkan pada tembakau.
Gambar
2. Contoh gen
pelapor, (A) gen luc berasal dari kunang-kunang (Hideo dan Hiroaki 2005)
DAFTAR PUSTAKA
Bennet, J.
1993. Genes for crop improvements. Genetic Enginnering 16:93-113.
McElroy,
D., A.D. Blowers, B. Jones, and R. Wu. 1991. Construction of expression vectors
based on the rice actin 1 (Actl) 5' region for use in monocot transformation. Mol.
Gen. Genet. 231:150-160.
Watson,
J.D., M. Gilman, J. Witkowski, and M. Zoller. 1992. Recombinant DNA.
Scientific American Book. New York. NY. 626 p.
.Dale,
E.C. and D.W. Ow. 1991. Gene transfer with subsequent removal of the selection
gene from the host genome. Proc. Natl. Acad. Sci. USA
88(23):10558-10562.
Hideo, K.
and S. Hiroaki. 2005. Expression of the firefly Luciferase gene. Transgenic
Plants Journal of Memoirs of Fukui University of Technology 35:191-196.
BLUE ROSE (Rosa hybrida L.)
Credit by media.treehugger.com |
Mawar termasuk ke dalam
genus Rosa. Mawar diduga sebagai tanaman dekoratif dan hias tertua di dunia.
Mawar juga dikenal sebagai ratu dari semua bunga. Genus Rosa memiliki
sedikitnya 150 spesies dan ribuan varietas mawar yang telah dihasilkan hingga
saat ini. Mawar pada umumnya digolongkan terutama ke dalam dua golongan yakni
Hybrid Tea dan Floribunda. Mawar Hybrid Tea bunganya indah menarik dengan aneka
ragam bentuk dan warnanya di samping aromanya yang khas sebagai bahan industri
farmasi atau kosmetik. Mawar ini disebut Hybrid Tea karena aroma mahkotanya
yang sedikit beraroma teh. Mawar tipe ini memiliki mahkota kelipatan 5 atau 10,
daun bunganya lebar dan mengkilap, diameter bunga besar ± 10 cm, tinggi tanaman
mencapai 2 m dengan batang berduri, besar dan jarang, dan memiliki percabangan
yang sedikit. Mawar Floribunda dikenal sebelumnya dengan Hybrid Polyantha atau
Poulsen’s roses. Mawar tipe ini bunganya kecil-kecil dan lebih cocok untuk
dijadikan tanaman semak atau dalam pot (Sjaifullah dkk., 1995).
Berdasarkan tipe
pertumbuhan tanamannya (habitus), mawar juga dapat digolongkan menjadi lima
yaitu mawar semak, mawar pohon atau standar, mawar miniatur, mawar rambat atau
panjat, dan mawar bedengan. Mawar semak (Bush roses) yaitu mawar yang paling
banyak dikenal dan banyak ditanam dalam pot. Mawar pohon atau standar adalah
mawar yang berukuran besar dan tingginya dapat mencapai 2 meter, dan
batang-batangnya kokoh dan keras. Mawar miniatur adalah mawar yang berukuran
kecil. Tingginya tidak lebih dari 15 cm dan biasanya dirambatkan di pergola,
pagar, jendela, atau dinding luar rumah. Mawar bedengan adalah mawar yang
biasanya digunakan sebagai tanaman pembatas atau border dalam taman. Mawar tipe
ini tumbuh sangat kompak dan padat tetapi tidak terlalu tinggi sehingga sangat
sesuai untuk digunakan sebagai pembatas.
Berdasarkan Sjaifullah
et al (1995) mawar dapat diperbanyak dengan benih atau cara vegetatif seperti
stek, grafting (sambung), budding (penempelan mata tunas) atau
layering(cangkok). Bunga mawar dapat tumbuh di dataran rendah hingga dataran
tinggi. Tetapi untuk mawar tertentu seperti mawar Hybrid Tea hanya menyukai
dataran tinggi. Hal ini berkaitan erat dengan kebutuhan suhu yang diperlukan
oleh tanaman mawar. Suhu optimum pertumbuhan mawar siang hari yakni 18-24º C,
sementara suhu optimum malam hari berkisar antara 16-18ºC. Untuk kebutuhan
iklim lainnya, mawar tidak terlalu membutuhkan syarat khusus. Mawar menyukai
cahaya penuh sepanjang tahun. Media tumbuh sebaiknya tanah yang gembur dan kaya
akan kadar humus, sebab tanah yang demikian daya tahannya terhadap air relatif
baik. Tanaman mawar tidak menyukai air yang tergenang. Mawar tumbuh dengan baik
pada tanah yang derajat keasaman pH-nya antara 6-8. Tanaman mawar juga tidak
menyukai sistem campuran atau multicrop dengan tanaman lain. Untuk memenuhi
kebutuhan nutrisinya, mawar memerlukan pupuk NPK seimbang 12-12-12 atau
14-14-14 sebanyak 200 kg/hektar.
Panen merupakan fase
yang penting dalam produksi bunga potong mawar. Pada umumnya bunga mawar
dipanen secara manual dengan menggunakan gunting atau pisau yang tajam dan
bersih. Penggunaan pisau yang tumpul memungkinkan luka pada dasar tangkai bunga
lebih mudah terinfeksi. Setelah bunga mawar dipetik, tangkai bunga mawar segera
direndam dalam air. Kualitas air perlu diperhatikan terutama pH-nya, dan juga
adanya garam dan jasad renik. Kadar garam air sangat mempengaruhi kualitas dan
umur kesegaran bunga. Bunga mawar tergolong peka terhadap garam, kadar garam
sebesar 200 ppm dapat memperpendek umur kesegaran bunga mawar dan merusak daun
serta tangkai bunga (Nowak and Rudnicki, 1990). Air dengan pH
rendah (3-4) lebih baik dibandingkan pH tinggi. Pada pH rendah, pertumbuhan
mikroba dapat ditekan dan penyerapan air menjadi lebih mudah.
Usia pemanenan juga
cukup mempengaruhi kualitas bunga potong mawar yang dihasilkan. Jika bunga
dipanen pada stadia mekar penuh, kesegarannya tidak dapat bertahan lama dan
cepat layu. Bila bunga dipetik terlalu awal dapat menyebabkan pembengkakan pada
tangkai kuntum bunga (bent neck) dan kuncup bunganya akan gagal mekar.
Ada dua hal yang
menentukan ketahanan simpan bunga potong yaitu sifat genetik dan kondisi
eksternal selama penyimpaan seperti suhu, kelembaban, cahaya, komposisi udara
dan sirkulasi udara di dalam ruang penyimpanan. Suhu rendah sangat berperan
dalam penyimpanan karena dapat menekan kehilangan air, mempertahankan kualitas
bunga, menghambat infeksi bakteri dan cendawan, serta menghambat poses penuaan
(senescence), sehingga pada akhirnya akan memperpanjang ketahanan simpan bunga
mawar. Bakteri, cendawan dan kapang dapat menyumbat pembuluh sehingga
penyerapan air ke atas terhalang. Jika keadaan lingkungan sesuai dengan
kebutuhannya, maka jasad renik akan berkembang biak dengan cepat, dan akan
menutupi seluruh penampang ujung tangkai bunga. Jasad renik tidak hanya
menyebabkan penyumbatan pembuluh, tetapi juga memproduksi etilen dan racun yang
mendorong penuaan bunga. Bakteri yang terdapat di jaringan bunga akan menambah
kepekaan bunga terhadap suhu rendah. Untuk mengendalikan jasad renik digunakan
bermacam-macam germisida. Juga dapat dilakukan pra perlakuan dengan merendam
ujung tangkai dalam larutan Chrysal RVB yang mengandung fungisida, bakterisida
dan penghambat enzim.
Kesulitan pada
penyimpanan dengan suhu rendah dengan kelembaban tinggi adalah jika terjadi
fluktuasi suhu maka akan terjadi pengembunan. Pada kondisi tersebut kemungkinan
tumbuh dan berkembang biak cendawan Botrytis. Cendawan ini mula-mula berupa
noda kecil yang terus berkembang sampai akhirnya terbentuk Gray Moldpada
tangkai, daun dan bunga. Botrytismenyebabkan petal bunga mawar menjadi coklat
dan gugur (Harkema, 1988). Bunga mawar yang dipetik pada stadia kuncup, sebelum
dijual tangkai bunga harus direndam dalam larutan Bud Opening. Larutan ini
mengandung gula dan germisida (Sjaifullah et al, 1995).
Pada percobaan
pewarnaan menggunakan bunga potong mawar. Sebagian besar bunga mawar mengalami bent
neck. Bent neck atau rebah pangkal bunga adalah rebahnya bagian pangkal
mahkota bunga yang disebabkan oleh beragam faktor, salah satunya adalah
penyumbatan pembuluh angkut sehingga bunga tidak memperoleh suplai nutrisi.
Tidak diketahui penyebab pasti dari bent neck yang dialami mawar potong
pada perlakuan pewarnaan. Peristiwa bent neck dapat disebabkan oleh
tersumbatnya jaringan pembuluh oleh lendir bakteri maupun oleh gelembung udara
(embolisme) (Sjaifullah, 1995).
Pewarnaan bunga dengan
sistem perendaman tangkai pada larutan pewarna memanfaatkan sistem transportasi
pada jaringan tanaman. Larutan pewarna yang berkurang bersama nutrisi yang
diperlukan oleh bunga potong. Oleh karena itu warna yang diserap akan memenuhi
seluruh pembuluh dan jaringan bunga. Berbeda dengan pewarnaan sistem pencelupan
mahkota yang memperoleh hasil warna lebih tegas dan merata, pewarnaan dengan
perendaman tangkai cenderung menghasilkan warna yang menyebar dan membentuk
guratan halus sesuai dengan alur pembuluh dalam jaringan mahkota bunga.
Pewarnaan dengan perendaman pada tangkai bunga mengakibatkan warna tidak hanya
terlihat pada mahkota, tetapi juga memberikan efek warna biru pada tangkai,
daun dan kelopak bunga (Sari, 2008).
Untuk menentukan tipe
warna yang dihasilkan oleh masing-masing pewarna makanan pada lama perendaman
yang berbeda, maka digunakan RHSMCC (Royal Horticulture Society – Mini
Colour Chart). Pada bunga yang berbeda, pewarna yang sama dengan lama
perendaman yang sama dapat menghasilkan warna biru yang berbeda. Warna asli
bunga yang dipilih berwarna putih untuk memudahkan dalam melihat perbedaan
setelah pewarnaan (Sari, 2008).
Semakin lama bunga
mengalami perendaman, maka warna yang dihasilkan akan semakin gelap atau tua.
Pada pengukuran warna menggunakan RHS-MCC, nilai warna petal gerbera
menunjukkan pada perendaman 4-6 jam dihasilkan warna yang lebih gelap (Dark
Green Blue) yang lebih pekat daripada waktu perendaman yang 2 jam (Dark
Green) (Sari, 2008).
DAFTAR PUSTAKA
Harkema, H. 1988. Extending The Vase
Life of Cut Flowers Through Improved Handling. Essex: International
Floriculture Seminar, Amsterdam, Pathfast Pub. 116-121.
Nowak, J and R. M. Rudnicki. 1990. Postharvest
Handling and Storage of Cut Flowers. Florists Greens, and Potted Plants. Portland:
Timber Press.
Sari, Indah Prasetya. 2008. Aplikasi Pewarnaan
Biru Pada Bunga Potong Krisan (Dendrathema grandiflora Tzvelev), Gerbera
(Gerbera jamesonii Bolus) Dan Mawar (Rosa hybrida L.). Skripsi.
Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.
Sjaifullah, A. M. , T. Sutater dan S.
Kusumo. 1995. Mawar. Jakarta: Balai Penelitian Tanaman Hias.
Minggu, 22 Oktober 2017
GOLDEN RICE
Bioteknologi hadir sebagai sarana untuk mempermudah para petani dalam mengembangkan garapannya. Salah satu ranah bioteknologi yang berkembang dalam bidang pertanian ini adalah penemuan mengenai Golden Rice. Berikut ini adalah pembahasan singkat mengenai Golden Rice.
Credit by australiascience.tv |
Sejarah Golden Rice
Penerapan
bioteknologi pada tanaman padi sebenarnya telah lama dilakukan namun menjadi
sangat terdengar ketika muncul golden rice pada tahun 2001 yang diharapkan
dapat membantu jutaan orang yang mengalami kebutaan dan kematian dikarenakan
kekurangan vitamin A dan besi. Vitamin A sangat penting untuk penglihatan,
respon kekebalan, perbaikan sel, pertumbuhan tulang, reproduksi, hingga penting
untuk pertumbuhan embrionik dan regulasi gen-gen pendewasaan.
Luasan lahan
pertanian yang semakin sempit mengakibatkan produksi perlahan harus ditingkatkan.
Peningkatan ini tidak hanya berupa peningkatan bobot panen namun juga
nutrisi atau nilai tambah. Oleh sebab itu dari suatu luasan yang sebelumnya
hanya menghasilkan karbohidrat diharapkan dapat ditambah dengan vitamin dan
mineral. Hal inilah yang mendorong para peneliti padi mengembangkan Golden
Rice. Pada awalnya penelitian dilakukan untuk meningkatkan kandungan provitamin
A berupa beta karoten, dan saat ini fokus penelitian tetap dilakukan.
Nama Golden Rice
diberikan karena butiran yang dihasilkan berwarna kuning menyerupai emas.
Rekayasa genetika merupakan metode yang digunakan untuk produksi Golden
Rice. Hal ini disebabkan karena tidak ada plasma nutfah padi yang mampu untuk mensintesis
karotenoid. Pendekatan transgenik dapat dilakukan karena adanya perkembangan
teknologi transformasi dengan agrobacterium dan ketersediaan
informasi molekuler biosintesis karotenoid yang lengkap pada bakteri
dan tanaman. Dengan adanya informasi tersebut terdapat berbagai pilihan cDNA. Produksi
prototype Golden Rice menggunakan galur padi japonica (Taipe 309), teknik
transformasi menggunakan agrobacterium dan beberapa gen penghasil beta
karoten tanaman daffodil hingga bakteri.
Padi ini
merupakan hasil rekayasa genetika. Ide ini berangkat dari keprihatinan dijumpainya
banyak anak-anak, terutama di asia dan afrika, yang menderita kekurangan
vitamin A. Kekurangan
vitamin A bisa menyebabkan kebutaan dan memperburuk penderita diare,sakit
pernafasan, dan cacar air. Lalu dipikirkan bagaimana memenuhi asupan vitamin
A secara praktis. Maka padi menjadi pilihan utama, karena termasuk
makanan pokok bagi hampir seluruh penduduk dunia.
Definisi Golden Rice
Golden Rice adalah beras diperkaya
dengan beta-karoten, sebuah provitamin. Ini dikembangkan untuk membantu
mencegah kekurangan vitamin A dan konsekuensinya sering parah dan kadang kadang
mematikan dalam padi-makanan popuasi di negara berkembang: di negara negara
banyak orang yang terlalu miskin untuk dapat embeli makanan yang seimbang
dengan hijau, buah-buahan dan produk produk hewani. Sayangnya hanya realistis
untuk berasumsi bahwa sebagian besar dari populasi ini akan tetap miskin dan
kekurangangizi di massa mendatang
Golden rice adalah kultivar
(varietas) padi transgenik hasil rekayasa genetika yang berasnya mengandung
beta-karotena (pro-vitamin A) pada bagian endospermanya. Kandungan beta-karoten
ini menyebabkan warna berasnya tersebut tampak kuning-jingga sehingga
kultivarnya dinamakan ‘Golden Rice’ (‘Beras emas’). Pada tipe liar (normal),endosperm
padi tidak menghasilkan beta-karoten dan akan berwarna putih hingga putih
kusam. Di dalam tubuh manusia, beta-karotena akan diubah menjadi vitamin A.
Kultivar padi ini dibuat untuk mengatasi defisiensi atau kekurangan vitamin A yang
masih tinggi prevalensinya pada anak-anak, terutama di wilayah asia dan afrika.
Nasi menjadi pangan pokok bagi sebagian besar warga disana, dan kemiskinan
sering kali tidak memungkinkan penyediaan sayuran atau buah-bahan yang
biasa menjadi sumber provitamin-A dalam menu makanan sehari-hari.
Cara
Pembuatan Golden Rice
Beberapa tahun berselang,
ilmuanEropa melaporkan bahwa didalam biji padi terdapat bahan dasar (prekusor)
untuk biosintesis karotenoid, termasuk beta-karoten, yaitu geranyl-geranyl
diphosphate (GGDP). Namun secara alami biji padi tidak menghasilkan phytoene
karena terjadi penghambatan fugsi dari enzim phytoene synthase (PHY) dalam
mengubah GGDP menjadi phytoene. Meskipun demikian, penghambatan fungsi enzin
tersebut bisa dihilangkan dengan cara menginduksi gen PHY dari tanaman daffodil
(bunga narsus/bakung) dengan menggunakan prometer spesifik untuk endosperma.
Selain PHY dan Ctrl, masih ada satu enzim lagi yang diperlukan untuk mengubah
lycopene menjadi beta-karoten yaitu lycopene cyclase (LYC) yang juga berasal
dari tanamman dattadil. Secara ringkas, rekayasa jalur biosintesa betakaroten
pada golden rice bisa dilihat pada skema berikut:
Jalur biosintesa beta-karoten
bserta gen-gen yang terlibat didalam pembentukannya. Hanya likopena siklase
(Lycopene cyclase) yang tidak diintroduksi dari sumber asing.
Golde
Rice diciptakan oleh transformasi padi dengan duan karoten biosintesis
gen-beta:
·
PSY (sintase phytoene)
dari daffodil (Narcissus psedonarcissus)
·
Ctrl dari tanah bakteri
Erwina uredovora
·
Penyisipan dari suatu
Lcy (Lycopene) gen adenilat dianggap dierlukan, tetapi penelitian lebih lanjut
menunjukkan hal itu sudah diproduksi dalam jenis padi endosperma-liar) Para psy
dan srt 1 gen yang berubah menjadi nuklir genom beras dan ditempatkan di bawah
kontrol yang endosperm-spesifik promter, sehingga mereka hanya dinyatakan dalam
endosperm. Eksogen Lyc gen memiliki urutan peptide transit terpasang sehingga
ditargetkan ke plasmid, dimana difosfat geranyl-geranyl pembentukan terjadi.
Para bakteri crt 1 gen merupakan inklusi penting untuk menyelesaikan jalur ini,
karena dapat mengkatalisis beberapa langkah dalam sintesis karotenoid,
sedangkan langkah-langkah ini membutuhkan lebih dari satu enzim dalam tanaman.
Hasil akhir dari jalur rekayasa likopen, tetapi jika tanaman akumulasi
lycopene, beras akan merah. Analisis terakhir menunjukkan endogen enzim tanaman
proses lycopene beta-karoten dalam endosperm, memberikan nasi warna kuning
khusus untuk yang bernama. Beras emas asli disebut SGR1.
Kandungan
Golden Rice
Provitamin A
berupa beta karoten. Beta karoten merupakan zat warna oranye kekuningan,
seperti pada tanaman wortel. Golden rice mengandung betakarotena dan di dalam
tubuh manusia betakarotena tersebut akan diubah menjadi vitamin-A.Vitamin A
yang ada di dalam beras ini sanggup mengatasi defisiensi atau kekurangan
Vitamin A pada manusia. Golden rice juga mempunyai kandungan karbohidrat
layaknya beras pada umumnya, juga mengandung zat besi (Fe).
Manfaat
Golden Rice
Manfaat dari
pembuatan beras emas (golden rice) adalah mampu menyediakan rekomendasi harian
yang dianjurkan dari vitamin dalam 100-200 gram beras sehingga dengan
mengkomsumsi beras emas (golden rice) ini dapat menyediakan kebutuhan vitamin A
dan karbohidrat yang diperlukan oleh tubuh. Mengatasi kekurangan vitamin A
karena mengandung beta karoten tinggi.
Kerugian
Golden Rice
Kekhawatiran
terhadap golden rice dalam hal kesehatan antara lain karena ada
kekhawatiran zat penyebab alergi (alergen) berupa protein dapat ditransfer ke
bahan pangan, terjadi resistensi antibiotik karena penggunaan marker gene, dan
terjadi outcrossing, yaitu tercampurnya benih konvensional dengan benih hasil
rekayasa genetika yang mungkin secara tidak langsung menimbulkan dampak
terhadap keamanan pangan.
Terhadap
lingkungan dan perdagangan, pangan hasil rekayasa genetika (PRG) dikhawatirkan
merusak keanekaragaman hayati, menimbulkan monopoli perdagangan karena yang
memproduksi PRG (dalam hal ini Golden rice) secara komersial adalah perusahaan
multinasional, menimbulkan masalah paten yang mengabaikan masyarakat pemilik
organisme yang digunakan di dalam proses rekayasa, serta pencemaran ekosistem
karena merugikan serangga nontarget misalnya.
Golden Rice
DAFTAR PUSTAKA
Jo Bury, R.E and Rijvisschestraat. 2006.
Facts Series Golden Rice. Belhium:
VIB.
Karmana, Iwayan. 2009. Adopsi tanaman
transgenik dan beberapa aspek pertimbangannya.
Ganec
Swara. 3(2): 12-21.
Beyer, P., Salim AL-Babili., Xudong Ye.,
Paola Lucca., Patrick Schaub., Ralf Welsch and
Ingo Patrykus. 2002.
Golden Rice: Introducing the β-carotene Biosynthesis Pathway into Rice
Endosperm by genetic Engineering to DefeatVitamin A Deficiency. The Journal of Nutrition. 20:506-510.
Hoa, T. T. C and Pham Trunf Nghia. 2010.
Expression of β-carotene in Advance Progenies
Derived From Different Backcrosses
of the High-Yielding Rice Varieties to the Transgenic Golden Rice Line.
Omonrice. 17:1-7.
Mekanisme "FLAVR SAVR: Tomat Modifikasi Genetik"
Apa yang terbesit dibenak kalian ketika mendengar kata "Falvr
Savr" ? Apakah itu sejenis cafe? atau itu merk makanan? Orang
awam pasti tidak tahu mengenai arti dari kata itu. Tetapi, sebagian besar orang
yang berkecimpung di dunia bioteknologi (termasuk mahasiswa) tahu arti dari
kata tersebut.
Baiklah, bahasan ini kita penuhi dengan pemahaman mengenai Flavr
Savr: Tomat Modifikasi Genetik. Adanya tomat modifikasi genetik
ini salah satunya dipicu oleh aktivitas pemasaran. Kendala dalam transportasi buah-buahan adalah cepat masaknya buah yang
diangkut. Proses pemasakan buah dimulai dari perubahan dinding buah yang menjadi
lunak diiringi dengan produksi komponen warna, perubahan kandungan gula, flavor
dan aroma. Pada kebanyakan buah seperti tomat dan pepaya, proses pemasakan
dimulai apabila buah memproduksi volatille compound yang
disebut ethylene. Apabila buah tomat atau pepaya sedang masak
akan melepaskan gas ethylene ke udara. Kondisi tersebut akan
mempercepat proses pemasakan buah-buah tomat atau pepaya lain yang disimpan
dalam kantong atau kotak yang sama. Ethylene adalah pemicu
utama terjadinya pemasakan buah. Para peneliti melakukan percobaan untuk
merakit tanaman PRG (produk rekayasa genetik) yang pemasakan buahnya dapat
ditunda. Strategi yang mereka pakai adalah mengurangi atau menghalangi
produksi ethylene.
Ada tiga strategi yang telah digunakan dalam proses
perakitan tomat PRG sehingga pemasakan buahnya dapat ditunda. Strategi tersebut
terkait dengan pengurangan produksi ethylene :
1. Pengurangan ACC synthase, ACC synthase adalah enzim di dalam
buah tomat yang bertanggung jawab dalam tahapan sintesis ethylene dalam
buah. Pengurangan tingkat ACC synthase secara dramatis
megurangi produksi ethylene. Para peneliti menemukan bahwa dengan
mentransformasikan gen antisense ACC synthase ke
genom tanaman tomat, produksi ethylene dalam tanaman menjadi
terhambat dan pemasakan buahnya dapat ditunda. Tomat PRG tersebut dikembangkan
oleh perusahaan DNA Plant Technologies dan dipasarkan dengan nama Endless
Summer.
2. Penambahan ACC deaminase, Transformasi gen yang berasal dari
bakteri tanah Pseudomonas chlororaphis. Gen tersebut mengkode enzim
ACC deaminase, yang dapat memecahkan salah satu precusorsintesis
ethylene (ACC). Pengurangan tingkat precusordapat
menyebabkan pengurangan produksi ethylene dan menunda proses
kemasakan. Salah satu perusahaan bioteknologi swasta, yaitu Monsanto
mengembangkan tomat PRG dengan sifat penundaan kemasakan, tetapi tidak
dikomersialkan.
3. Penambahan SAM hydrolase,Gen lain yang digunakan dalam
perakitan tanaman tomat PRG yang pemasakan buahnya dapat ditunda adalah
SAM hydrolase. Gen tersebut berasal dari bacteriophage
bakteri E.coliT3. Gen tersebut juga dapat memecahkan
salah satu precursor synthesis ethylene (SAM). Teknologi ini
telah dikembangkan oleh suatu perusahaan bioteknologi Agritope, Inc dan
diaplikasikan pada tomat varietas Cherry.
Tomat Flavr Savr merupakan
tomat hasil rekayasa genetika yang memiliki shelf-life lama
dapat diciptakan dengan menyisipkan gen antibeku dari ikan air dingin ke dalam
gen tomat. Gen antibeku ini diperoleh dari ikan Flounder, yaitu jenis ikan di
Antartika yang dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat dingin.
Langkah-langkah transfer
gen dalam pembuatan tomat Flavr Savr :
1. Ikan Flounder mempunyai gen antibeku yang disebut dengan gen antisenescens yang dapatmenghambat enzimpoligalakturonase (enzim yang mempercepat kerusakan dinding sel tomat).Gen ini dipindahkan dari kromosom di dalam sel ikan Flounder.
2. DNA antibeku ini kemudian disisipkan pada DNA bakteri Escherichia coli yang disebut plasmid. DNA hibrid ini, yang merupakan kombinasi dari dua DNA berbeda disebut sebagai DNA rekombinan.
3. DNA rekombinan yang mengandung gen antibeku ini kemudian ditanam kembali pada bakteriEscherichia coli
4. Bakteri tersebut memproduksi kopian dari DNA rekombinan dalam jumlah yang sangat banyak.
5. Tahap selanjutnya diawali dengan isolasi DNA sel tomat terlebih dahulu yang dilakukan dengan cara menghaluskan batang tomat dalam nitrogen cair untuk melepaskan isi sel. Isi sel tersebut kemudian ditempatkan dalam tabung reaksi, lalu disentrifugasi. Selama sentrifugasi, isi sel terpisah ke dalam dua lapisan dimana salah satunya adalah lapisan DNA. Lapisan ini kemudian dipisahkan dari tabung, kemudian ditambahkan enzim restriksi, yaitu ECO R1 yang berfungsi memotong di lokasi DNA yang spesifik.
6. Sel tanaman tomat diinfeksi dengan bakteri tersebut. Setelah itu ditambahkan enzim ligase ke dalam DNA tomat dan plasmid untuk menyambungkan DNA, sehingga dapat lengket. Hasilnya, gen antibeku pada plasmid yang terdapat pada bakteri bergabung dengan DNA sel tanaman tomat.
7. Sel tanaman tomat kemudian ditempatkan pada media tumbuh yang berupa cawan petri yang mengandung media nutrien selektif.
8. Bibit tomat mulai ditanam.
9. Tanaman tomat hasil rekayasa genetika mengandung satu kopian gen antibeku dari ikan Flounder pada setiap selnya.
DAFTAR PUSTAKA
Saker, M.M., et all, 2008, IN VITRO PRODUCTION OF TRANSGENIC TOMATOES EXPRESSING DEFENSIN GENE USING NEWLY DEVELOPED REGENARATION AND TRANSFORMATION SYSTEM.Arab Journal Biotechnology, Vol.11, No.(1) Jan (2008):59-70