Credit by Foodinsight.org/facts |
Dampak Positif dan Negatif dari Bioteknologi
Bidang bioteknologi banyak digunakan oleh masyarakat
karena memiliki banyak kegunaan yaitu salah satunya sebagai teknik untuk
produksi pangan dengan cepat dan mudah. Selain itu bioteknologi sendiri
memiliki beberapa dampak positif dan negatif dari hasil penggunaanya. Dampak
positif dari bidang bioteknologi menurut Hobbelink (1988), sebagai berikut:
1)
Bidang
Pangan: Bioteknologi
memainkan peranan penting dalam bidang pangan yaitu dengan memproduksi makanan
dengan bantuan mikroba (tempe, roti, keju, yoghurt, kecap, dll), vitamin, dan
enzim.
2) Bidang
Kesehatan: Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan misalnya dalam pembuatan antibodi monoklonal, pembuatan
vaksin, terapi gen dan pembuatan antibiotik. Proses penambahann DNA asing pada
bakteri merupaka prospek untuk memproduksi hormon atau obat-obatan di dunia
kedokteran. contohnya pada produksi hormon insulin, hormon pertumbuhan dan zat
antivirus yang disebut interferon. Orang yang menderita diabetes
melitus membutuhkan suplai insulin dari luar tubuh. Dengan menggunakan
teknik DNA rekombinan, insulin dapat dipanen dari bakteri.
3) Bidang
Lingkungan: Bioteknologi dapat digunakan untuk
perbaikan lingkungan misalnya dalam hal mengurangi pencemaran dengan adanya
teknik pengolahan limbah dan dengan memanipulasi mikroorganisme.
4) Bidang Pertanian: Dalam bidang pertanian telah dapat
dibentuk tanaman dengan memanfaatkan mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang
dapat membuat pupuknya sendiri sehingga dapat menguntungkan pada petani.
Demikian pula terciptanya tanaman yang tahan terhadap tanah gersang. Mikroba
yang di rekayasa secara genetik dapat meningkatkan hasil panen pertanian,
demikian juga dalam cara lain, seperti meningkatkan kapasitas mengikat nitrogen
dari bacteri Rhizobium. Keturunan bacteri yang telah disempurnakan atau
diperbaiki dapat meningkatkan hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa
genetik lain sedang mencoba mengembangkan turunan dari bacteri Azotobacter yang
melekat pada akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan
mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada
kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).
Hama tanaman merupakan salah satu
kendala besar dalam budidaya tanaman pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini
digunakan pestisida. Namun ternyata pestisida banyak menimbulkan berbagai
dampak negatif, antara lain matinya organigme nontarget, keracunan bagi hewan
dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh karena itu, perlu dicari
terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan cara yang lebih aman. Kita
mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di alam sangat banyak, dan setiap
jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda. Dari sekian
banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik (dapat
menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan penyakit bagi
makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus
thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu
menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama
seranggga dari ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif
menjadi menjadi toksik, terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan
serangga. Bacillus thuringiensis mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan
sebagai biopestisida pembasmi hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini
diharapkan dapat mengurangi dampak negatif yang timbul dari pemakaian pestisida
kimia.
5) Bidang
Peternakan: Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan efisiensi
dan kualitas pakan seperti manipulasi mikroba rumen, menghasilkan embrio yang
banyak dalam satu kali siklus reproduksi, menciptakan jenis ternak unggul, dan
dapat memproduksi asam amino tetentu. Hewan ternak diberi perlakuan dengan
produk-produk yang dihasilkan dari metode DNA rekombinan. Produk ini mencakup
vaksin-vaksin baru atau yang didesain ulang, antibodi dan hormon-hormon
pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah disuntik dengan hormon pertumbuhan
sapi (BGH, bovine growth hormone) yang dibuat oleh E.coli untuk
menaikkan produksi susu (vaksin ini dapat meningkatkan hingga 10%). BGH juga
meningkatkan perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus dari
semua uji keamanan dan BGH sekarang digunakan secara meluas dalam kelompok
pabrik susu.
Adapun
hewan transgenik, organisme yang mengandung gen dari spesies lain,termasuk
ternak penghasil daging dan susu, serta beberapa spesies ikan yang yang
dipelihara secara komersial, dihasilkan dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam
nukleus sel telur atau embrio muda.
6) Bidang
Hukum: Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi
kepentingan forensik. Pada kriminalitas dengan kekerasan, darah atau
jaringan lain dalam jumlah kecil dapat tertinggal di tempat kejadian perkara.
Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil dapat ditemukan dalam tubuh
korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA finngerprint), dapat
diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena urutan
DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah
atau jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira 1000
sel).
DNA
fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam proses pengungkapan
kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir mencapai 100% menjadikan
metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses
biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk identifikasi.
Bidang bioteknologi selain memiliki banyak keuntungan
juga memiliki kerugian atau dampak negatif dari penggunaannya. Beberapa dampak
negatif akibat timbulnya bioteknologi menurut Yuwono (2008), sebagai berikut:
1) Dampak terhadap kesehatan: Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki
resiko potensial sebagai berikut:
a.
Gen sintetik dan
produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau imunogenik untuk
manusia dan hewan.
b.
Rekayasa genetik
tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan bergabung, adanya
kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik, yang disebabkan tidak stabilnya
DNA rekayasa genetik.
c.
Virus di dalam
sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin diaktifkan oleh rekayasa
genetik.
d.
Penyebaran gen
tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal, membuat tidak
menghilangkan infeksi.
e.
Meningkatkan
transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab penyakit.
f.
DNA rekayasa
genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai promoter sintetik
yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan oncogen (materi dasar
sel-sel kanker).
g.
Tanaman rekayasa
genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan meningkatkan residu
herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti pada tanaman.
2)
Dampak terhadap
lingkungan: Saat ini, umat manusia
mampu memasukkan gen ke dalam organisme lain dan membentuk "makhluk hidup
baru" yang belum pernah ada. Pengklonan, transplantasi inti, dan
rekombinasi DNA dapat memunculkan sifat baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke alam telah menimbulkan
dampak berupa pencemaran biologis di lingkungan kita. Setelah 30 tahun
Organisme Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism
(GMO), lebih dari cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam
laporan International Specialty Products. Di antaranya:
a.
Tidak ada
perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun sampai 20
persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan kapas Bt di
India gagal sampai 100 persen.
b.
Tidak ada
pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida tanaman
rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di Amerika
Serikat.
c.
Tanaman rekayasa
genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi pertanian Kerajaan
Inggris.
d.
Bt tahan pestisida
dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman rekayasa genetik terbesar
praktis tidak bermanfaat.
e.
Area hutan yang
luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin, sekitar 15
hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena adanya permintaan
untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India, meliputi 100.000
petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah meninggal dalam
waktu setahun.
f.
Pangan dan pakan
rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan penyakit di lapangan dan
di dalam tes laboratorium.
g.
Herbisida roundup
mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio. Roundup digunakan
lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang ditanam di seluruh
dunia.
h.
Kontaminasi
transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan penyerbukan tanaman
rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21 kilometer.
3)
Dampak terhadap
etika moral: Penyisipan gen makhluk
hidup lain yang tidak berkerabat dianggap telah melanggar hukum alam dan kurang
dapat diterima oleh masyarakat. Pemindahan gen manusia ke dalam tubuh hewan dan
sebaliknya sudah mendapatkan reaksi keras dari berbagai kalangan. Permasalahan
produk-produk transgenik tidak berlabel, membawa konskuensi bagi kalangan agama
tertentu. Terlebih lagi teknologi kloning yang akan dilakukan pada manusia.
Bioteknologi yang berkaitan dengan
reproduksi manusia sering membawa masalah baru, karena masyarakat belum
menerimanya. berikut ini beberapa contoh mengenai masalah ini:
a.
Seorang nenek
melahirkan cucunya dari embrio cucu yang dibekukan dalam tabung pembeku karena
ibunya tidak mampu hamil karena penyakit tertentu. Kemudian di masyarakat
timbul sebuah pertanyaan "anak siapa bayi tersebut?".
b.
Pasangan suami
istri menunda kehamilan. sperma suami dititipkan di bank sperma. beberapa tahun
setelah suami meninggal, sang janda ingin mengandung anak dari almarhum
suaminya. Dia mengambil sperma yang dititipkan di bank sperma. bagaimanakah
staus dari anak tersebut?, bolehkah wanita tersebut mengandung anak dari suami
yang telah meninggal?.
c.
Meminta sperma
oranng lain di bank sperma untuk difertilisasi di dalam rahim wanita merupakan
pelanggaran atau bukan ?
4)
Dampak ekonomi: Terdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi
tidak terlepas dari muatan ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari
adanya hak paten bagi produk-produk hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan
bioteknologi hanya pada lembaga-lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa
petani-petani kecil untuk membeli bibit kepada perusahaan perusahaan yang
memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat merugikan peternak-peternak
tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi hingga naik
sebesar 20%. hormon tersebut hanya mampu dibeli oleh perusahaan peternakan yang
bermodal besar. Hal tersebut menimbulkan suatu kesenjangan ekonomi.
PUSTAKA
Hobbelink, henk. 1988. Bioteknologi dan Pertanian Dunia Ketiga. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Yuwono, T. 2008. Bioteknologi
Pertanian. Yogyakarta: Gadjah mada University Press:
0 komentar:
Posting Komentar