|
Ilustration credit by google.com |
Postingan kali ini akan membahas mengenai Burial
Inovation. Sebelum melangkah lebih dalam, pernah kah terbesit dalam
benak kita semua bahwa setelah dikehidupan sekarang kita akan menjadi apa
nantinya? Akan mejadi apa kita kelak (setelah kematian)? Apa yang akan terjadi
pada tubuh kita setelah meninggal?
Secara sekilas pasti berpikir bahwa, ketika kematian
datang hal yang pasti dan mungkin terjadi adalah Pusara sebagai tempat istirahat terakhir kita.
Baiklah, disini kita memposisikan sebagai jalan
tengah antara pemikiran yang awam
dan inovasi teknologi terbarukan. Terlepas dari keyakinan yang kita pegang
teguh, satu yang pasti adalah sharing
mengenai hal yang berbau pengetahuan itu tidaklah menyalahi aturan apapun
bahasannya.
Terkait dengan pembahasan mengenai Burial
Inovation ini, ada dua sub tema yang akan dibahas. Yang pertama adalah HUMAN COMPOSTING dengan pembicara
Katrina Spade.
HUMAN COMPOSTING
Pemakaman konvensional masih menjadi hal yang diminati
dan dilakukan hingga saat ini. Di wilayah Amerika saja, hampir 50 persen orang
Amerika memilih pemakaman konvensional.
Pemakaman secara konvensional ini tentu memaka banyak
lahan tanpa disadari semakin hari semakin berkurang lahan didunia ini. Pada
beberapa tempat, kita tidak bisa membeli banyak lahan dengan berapa pun
banyaknya uang yang dimiliki. Akibatnya, kremasi menjadi hal yang diminai
setelah pemakaman dengan cara konvensional. Tentunya, kremasi ini bukan satu
–satunya jalan sebagai sebuah solusi. Kremasi
akan menghancurkan potensi dari tubuh kita yang harus kita berikan kembali ke
bumi setelah kita meninggal. Ini menggunakan proses energi intensif untuk
mengubah tubuh menjadi abu. Pada akhirnya akan mencemari udara dan
berkontribusi (besar) terhadap perubahan iklim.
Saat
mati, yang kita tinggalkan di dunia ini adalah, RACUN!
Praktek
penguburan modern kita dirancang untuk mencegah proses alami yang terjadi pada
tubuh setelah kematian. Dengan kata lain, ini dimaksudkan untuk mencegah kita
membusuk. Tapi sebenarnya, alam itu benar-benar sangat baik dalam hal kematian.
Ketika bahan organik mati di alam, mikroba dan bakteri memecahnya menjadi tanah
kaya nutrisi yang melengkapi siklus hidup. Di alam, kematian menciptakan
kehidupan. Hal yang terbesit adalah, Merancang
kembali perawatan kematian. Bisakah saya membuat sistem yang bermanfaat bagi
bumi dan yang digunakan alam sebagai panduan daripada sesuatu yang harus ditakuti?
Ide ini tercetus salah satunya melalui petani. Petani telah mempraktikkan
sesuatu yang disebut pengomposan mortalitas ternak selama beberapa dekade.
Pengomposan mortalitas adalah di mana kita mengambil hewan tinggi nitrogen dan
menutupinya dengan bahan pengomposan yang mengandung karbon tinggi. Proses ini
merupakan proses aerobik sehingga membutuhkan oksigen, dan membutuhkan banyak
kelembaban juga. Pada setup yang
paling mendasar, seekor sapi ditutupi beberapa senti keripik kayu, yang
memiliki karbon tinggi, dan ditinggalkan di luar untuk alam, karena angin
sepoi-sepoi memberi oksigen dan hujan untuk memberi kelembaban. Dalam waktu
sekitar sembilan bulan, yang tersisa hanyalah kompos yang kaya nutrisi. Daging
telah didekomposisi seluruhnya, seperti juga tulangnya. Jadi pada dasarnya,
yang perlu kita lakukan hanyalah menciptakan lingkungan yang tepat bagi alam
untuk melakukan tugasnya. Ini seperti kebalikan dari sabun antibakteri.
Alih-alih melawannya, kita membersihkan mikroba dan bakteri dengan tangan
terbuka. Makhluk kecil dan menakjubkan ini memecah molekul menjadi molekul dan
atom mollerules yang lebih kecil, yang kemudian digabungkan dengan molekul
baru. Dengan kata lain, sapi itu ditransformasikan. Ini bukan lagi sapi. Sudah
siklusnya kembali ke alam.
REPLICABLE, SCALABELE, NON-PROFIT, MODEL URBAN
Berdasarkan prinsip-prinsip pengomposan
mortalitas ternak yang akan membawa manusia dan mengubahnya menjadi tanah. Ini
adalah tujuan kami untuk membangun fasilitas pengomposan manusia skala penuh
pertama di kota Seattle. Bayangkan saja, sebagian taman umum, bagian rumah
pemakaman, memorial bagian dari orang-orang yang kita cintai, tempat dimana
kita bisa berhubungan kembali dengan siklus alam dan merawat tubuh dengan
kelembutan dan rasa hormat. Infrastrukturnya sederhana. Di dalam inti vertikal,
badan dan serpihan kayu mengalami dekomposisi alami atau pengomposan yang cepat,
dan diubah menjadi tanah. Prosesnya adalah:
1. Saat seseorang meninggal, tubuh mereka
dibawa ke fasilitas pengomposan manusia
2. Setelah membungkus almarhum dalam kafan
sederhana, teman dan keluarga membawa tubuh ke puncak inti, yang berisi sistem
penguraian alami.
3. Selama peletakan dalam upacara, mereka
dengan lembut menempatkan tubuh ke dalam inti dan menutupinya dengan serpihan
kayu.
4. Ini memulai transformasi lembut dari manusia
ke tanah.
5. Selama beberapa minggu ke depan, tubuh terurai
secara alami. Mikroba dan bakteri turunkan karbon, lalu protein, untuk
menciptakan zat baru, tanah yang kaya dan bersahaja.
6. Tanah ini bisa digunakan untuk menumbuhkan
kehidupan baru.
Apa
yang dapat kita ambil dari pembahasan ini?
Human
composting ini memiliki manfaat baik bagi lingkungan maupun untuk manusia,
yaitu: hewan/mayat manusia dimasukkan kedalam sebuah tanah yang terletak
digedung tinggi sekitar tiga lantai yang tanah tersebut telah disisipkan cip
berisi mikroba agar dapat mendekomposer mayat tersebut. Tempat penyimpanan
mayat tersebut tersambung kedalam tanah gedung hingga hasil dekomposer mayat
dapat menyebar luas nutrisinya ke tumbuhan yang ada dilingkungan gedung
tersebut. Adapun pada hasil dekomposer mayat ini ternyata dapat meghasilkan
panas, yang kemudian dimanfaatkan oleh peneliti untuk menghangatkan ruangan
atau rumah penduduk. Dikarenakan rumah yang ada dilingkungan negara luar sangat
membutuhkan penghangat untuk ruangannya, karena iklim dan suhu disana sangat
dingin.