Kamis, 28 Desember 2017

FOOD SCIENCE: SUSU KEDELAI PROBIOTIK




 
Credit by google.com
Apa Itu Probiotik???
Probiotik didefinisikan sebagai organisme yang memberikan kontribusi terhadap keseimbangan mikroba dalam usus. Menurut Crawford (1979). Fuller (1992) menyatakan bahwa probiotik akan efektif bila mampu bertahan dengan baik dalam beberapa kondisi lingkungan dan tetap hidup dalam beberapa bentuk kemasan. Karakteristik probiotik yang efektif adalah dapat dikemas dalam bentuk hidup dalam skala industri, stabil dan hidup pada kurun waktu penyimpanan lama dan kondisi lapangan, bisa bertahan hidup di dalam usus dan menguntungkan bagi ternak (Manin, 2010).
Beberapa probiotik umum meliputi berbagai spesies dari genera Bifidobacterium dan Lactobacillus seperti: Bifidobacterium bifidum, Bifidobacterium breve, Bifidobacterium infantis, Bifidobacterium longum, Lactobacillus acidophilus, Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Lactobacillus reuteri, Lactobacillus rhamnosus, Lactobacillus GG. (Dafawwaz,2008).
Probiotik adalah mikroba hidup menguntungkan pada makhluk hidup, yang bermanfaat untuk memperbaiki keseimbangan mikroba di dalam saluran pencernaan (Afrianto dan Liviawaty, 2005) dan memberikan pengaruh positif terhadap fisiologi dan kesehatan inangnya. Senyawa-senyawa racun yang dihasilkan pada metabolisme bakteri probiotik seperti asam laktat, hidrogen peroksida, bakteriosin yang bersifat antimikroba dan antibiotik mampu menekan pertumbuhan bakteri patogen (Yulinery et al., 2006). Menurut Kanmani et al. (2010), salah satu karakteristik bakteri probiotik yaitu memiliki ketahanan yang tinggi terhadap asam.
Bakteri asam laktat mempunyai peranan esensial hampir dalam semua proses fermentasi makanan dan minuman. Peran utama bakteri ini dalam industri makanan adalah untuk pengasam bahan mentah dengan memproduksi sebagian besar asam laktat (bakteri homofermentatif) atau asam laktat, asam asetat, etanol dan CO2 (bakteri heterofermentatif). Bakteri asam laktat banyak digunakan dalam produk susu seperti yogurt, sour cream (susu asam), keju, mentega, dan produksi asam-asaman, serta asinan (Effendi, 2009).
Bakteri asam laktat secara luas digunakan sebagai starter untuk fermentasi minuman, daging dan sayuran. Bakteri Asam Laktat juga berperan sebagai bahan flavour dan pengembang warna. Mikroorganisme ini berperan dalam perubahan tekstur, aroma, warna, kecernaan dan kualitas nutrisi produk fermentasi. Bakteri asam laktat termasuk mikroorganisme yang aman jika ditambahkan dalam pangan karena sifatnya tidak toksik dan tidak menghasilkan toksin, maka disebut food grade microorganism atau dikenal sebagai mikroorganisme yang Generally Recognized As Safe (GRAS) yaitu mikrorganisme yang tidak beresiko terhadap kesehatan, bahkan beberapa jenis bakteri tersebut berguna bagi kesehatan (Pato, 2003).

Pembuatan Minuman Probiotik
Pada pembuatan minuman probiotik dari susu kedelai, digunakan bakteri probiotik asam laktat yaitu Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, dan Lactobacillus acidophilus. Adapun morfologi dan karakteristik dari bakteri probiotik tersebut, yaitu:
1.    Lactobacillus casei
Lactobacillus casei adalah bakteri Gram-positif, anaerob, tidak memiliki alat gerak, tidak menghasilkan spora, berbentuk batang dan menjadi salah satu bakteri yang berperan penting dalam pencernaan. Lactobacillus adalah bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup (Pelczar dan Chan, 2005).
Bakteri ini berukuran 0,7 – 1,1 x 2,0 – 4,0 µm dan merupakan bakteri yang penting dalam pembentukan asam laktat. Seperti bakteri asam laktat lain, Lactobacillus casei toleran terhadap asam, tidak bisa mensintesis perfirin, dan melakukan fermentasi dengan asam laktat sebagai metabolit akhir yang utama. Bakteri ini membentuk gerombolan dan merupakan bagian dari spesies heterofermentatif fakultatif, dimana bakteri ini memproduksi asam laktat dari gula heksosa dengan jalur Embden-Meyerlhof dan dari pentose dengan jalur 6-fosfoglukonat, fosfoketolase. pertumbuhan Lactobacillus casei pada suhu 15oC, dan membutuhkan riboflavin, asam folat, kalsium pantotenat, dan faktor pertumbuhan lain. Lactobacillus casei adalah spesies yang mudah beradaptasi, dan bisa diisolasi dari produk ternak segar dan fermentasi, produk pangan segar dan fermentasi. Dari segi industrial, Lactobacillus casei mempunyai peran dalam probiotik manusia, kultur starter pemroduksi asam untuk fermentasi susu, dan kultur khas untuk intensifikasi dan akselerasi perkembangan rasa dalam varietas keju yang dibubuhi bakteri (Irianto, 2007).
Lactobacillus casei ditemukan dalam susu fermentasi dan memiliki sifat bermanfaat bagi kesehatan manusia. Saluran pencernaan manusia terdiri dari Lactobacillus casei; flora alami yang mencegah berlebihnya suatu bakteri asam laktat yang tidak sengaja tertelan dan tinggal di salura pencernaan. Lactobacillus casei dapat mengurangi diare dan membantu memodifikasi mikroflora dalam tubuh. Lactobacillus casei menghasilkan DL-asam laktat dan amilase yang melengkapi pertumbuhan Lactobacillus acidophilus (Buckle dkk, 2006).

2.      Lactobacillus plantarum
Bakteri Lactobacillus plantarum adalah bakteri asam laktat dari famili Lactobacilliceae  dan  genus  Lactobacillus.  Bakteri ini  bersifat  Gram  positif,  non motil, dan berukuran 0,6-0,8 μm x 1,2-6,0 μm. Bakteri ini memiliki sifat antagonis terhadap mikroorganisme penyebab kerusakan makanan seperti Staphylococcus aureus, Salmonella, dan Gram negatif. Lactobacillus plantarum bersifat toleran terhadap garam, memproduksi asam dengan cepat dan memiliki pH ultimat 5,3 hingga 5,6 (Effendi, 2009).
Bakteri L. plantarum umumnya lebih tahan terhadap keadaan asam dan oleh karenanya menjadi lebih banyak terdapat pada tahapan terakhir dari fermentasi tipe asam laktat. Bakteri ini sering digunakan dalam fermentasi susu, sayuran, dan daging (sosis). Fermentasi dari L. plantarum bersifat homofermentatif sehingga tidak menghasilkan  gas. Bakteri Lactobacillus   plantarum   terutama   berguna   untuk   pembentukan   asam   laktat, penghasil hidrogen peroksida tertinggi dibandingkan bakteri asam laktat lainnya dan juga menghasilkan bakteriosin yang merupakan senyawa protein yang bersifat bakterisida. Lactobacillus plantarum dapat memproduksi bakteriosin yang merupakan bakterisidal bagi sel sensitif dan dapat menyebabkan kematian sel dengan cepat walaupun pada konsentrasi rendah. Bakteriosin yang berasal dari L. plantarum dapat menghambat Staphylococcus aureus dan bakteri Gram negatif. L. plantarum mempunyai kemampuan untuk menghasilkan bakteriosin  yang berfungsi  sebagai zat antibiotic (Irianto, 2007).
3.      Lactobacillus acidophilus
Lactobacillus acidophilus adalah salah satu bakteri asam laktat yang memiliki karakteristik merupakan bakteri gram positif, berbentuk bulat atau batang, bersifat non-motil, dan non-sporaLactobacillus acidophilus mampu memproduksi asam laktat sebagai produk utama dari metabolisme fermentasi dan menggunakan laktosa sebagai sumber karbon utama dalam memproduksi energi.  Lactobacillus acidophilus  dapat tumbuh baik dengan oksigen ataupun tanpa oksigen, dan bakteri ini dapat hidup pada lingkungan yang asam pada pH 4-5 atau dibawahnya pada suhu berkisar 25-35oC. Lactobacillus acidophilus  merupakan bakteri homofermentatif yaitu bakteri yang memproduksi asam laktat sebagai satu-satunya produk akhir (Effendi, 2009).
Lactobacillus acidophilus  merupakan bakteri probiotik yang telah banyak dimanfaatkan pada industri minuman susu fermentasi. Produk susu yang paling sering menggunakan L. acidophilus adalah susu acidophilus manis dan yoghurt. Bakteri ini secara alamiah dapat ditemukan pada organ-organ tertentu pada manusia dan hewan, terutama di mulut, saluran pencernaan, dan vagina. L. acidophilus menghasilkan asam laktat yang mampu membantu tubuh melawan bakteri patogen. L. acidophilus mampu menghasilkan laktase, vitamin K, dan zat anti-mikroba. Lactobacillus acidophilus juga digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti infeksi saluran kemih (ISK), bacterial vaginosis (BV), dan diare (Buckle dkk, 2006).

Keefektifan Menggunakan Susu Kedelai
Susu kedelai mempunyai kandungan gizi hampir sama dengan susu sapi terutama proteinnya yaitu 3,5–4%. Perbedaan utamanya adalah jenis asam amino, yaitu bahwa susu kedelai tidak mengandung kasein. Berdasar sifat dan komposisi susu kedelai yang hampir sama dengan susu sapi, telah banyak dilakukan pemanfaatan susu kedelai untuk pembuatan produk susu seperti yoghurt, keju dan lain-lain. Produk asam oleh bakteri dalam susu kedelai lebih rendah dibandingkan dengan susu sapi karena adanya perbedaan jenis karbohidrat yang dapat difermentasi pada kedua bahan tersebut, namun penambahan gula sederhana seperti glukosa dan laktosa dalam susu kedelai dapat meningkatkan produksi asam oleh beberapa jenis bakteri asam laktat tertentu. Laktosa dalam susu kedelai dapat meningkatkan produksi asam oleh beberapa jenis bakteri asam laktat tertentu (Setioningsih, et al., 2004).

Keunggulan Susu Kedelai
Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki sususnan asam amino yang hamper sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama kandungan proteinnya. Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air (Rukmana, 1997).
Susu kedelai harganya lebih murah daripada susu hewani. Susu kedelai dapat dibuat dengan teknologi dan peralatan sederhana, serta tidak memerlukan keterampilan khusus, sehingga semua orang dapat membuat sendiri di rumah. Selain untuk konsumsi sendiri, susu kedelai juga dapat menjadi ladang usaha yang prospektif bila dikelola dengan baik. Kendala utama yang dihadapi produsen adalah cepat rusaknya susu kedelai apabila susu kedelai tidak disimpan di lemari pendingin. Susu kedelai yang rusak ditandai dengan berubahnya bau, warna, rasa, atau mengental, kemudian terjadi pemisahan air dengan endapan sari kedelai (Adnan, 1984).
Kedelai dipilih sebagai bahan baku susu karena memiliki kandungan gizi yang tinggi. Di antara kacang-kacangan, kadar protein kedelai memang paling tinggi. Pada dasarnya semua biji-bijian dapat diproses menjadi susu. Dengan diolah menjadi susu akan menaikkan nilai cerna dari biji-bijian tersebut. Susu kedelai memiliki bentuk menyerupai susu sapi, cara menyiapkannya mudah sehingga memungkinkan untuk menjadi minuman bergizi di negara-negara berkembang. Pembuatan susu kedelai pada dasarnya adalah memproses biji kacang kedelai untuk diambil sarinya. Proses pembuatan susu kedelai meliputi tahap-tahap: penyortiran, pencucian, perendaman, penghancuran hingga berbentuk bubur, kemudian penyaringan sehingga diperoleh sari kacang kedelai, kemudian pemanasan (Martindah, 2010).

DAFTAR PUSTAKA
Abe F. 2010. Selection Criteria of Probiotics for Use in Food Products: How should Bacterial Strains be Chosen. Morinaga Milk Industry Co. Ltd
Adnan, M. (1984). Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu . Yogyakarta : Andi Offset.
Afrianto E dan Liviawaty E. 2005. Pakan Ikan. Kanisius, Yogyakarta.
Almatsier S. 2002. The basic principle of nutrition science. Gramedia. Jakarta..
Buckle. (1987). Ilmu Pangan . Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Buckle K A., Edwards R.A., Fleet G.H. & Wooton M.. 2006. Ilmu Pangan. Terjemahan: H.Purnomo & Adiono. Jakarta: Univ. Indonesia Press.
Dafawwaz, Ummina. 2008. Penggunaan probiotik dalam peternakan. http://www.google.co.id.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang : Djambatan.
Effendi, Supli., 2009. Teknologi Pengolahan dan Pengawetan Pangan. Bandung : Alfabeta.
Eti Setioningsih, Ratna Setyaningsih, Dan Ari Susilowati. 2004. Pembuatan Minuman Probiotik Dari Susu Kedelai Dengan Inokulum Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, Dan Lactobacillus acidophilus Production Of Probiotic Ale From Soy Milk Used Lactobacillus casei, Lactobacillus plantarum, And Lactobacillus acidophilus Inoculums. Bioteknologi. 1 (1) : 1-6
FAO/WHO. 2002. Chapter 17. Dietary antioxidants: a consideration of factors influencing requirements. In Expert consultation on Human Vitamin and Mineral Requirements. p 278-280.
Fuller, R. 1992. History and Development of Probiotics. In Probiotics the Scientific basis. Edited by Fuller. Chapman and hall. London, New York, Tokyo, Melbourne, Madras. Pp. 1 – 7.
Harland, J. I., Haffner, T. A. (2008). Systematic Review, Meta-analysis and Regression of Randomised Controlled Trials Reporting an Association Between an Intake of Circa 25 g Soya Protein Per Day and Blood Cholesterol. Atherosclerosis. 200 (1): 13–27.

0 komentar:

Posting Komentar